Tidak seperti Rangga yang kembali untuk Cinta setelah pergi selama 14 tahun. Bagi piala Thomas, 14 tahun mungkin belum menjadi waktu yang cukup lama untuk dapat kembali ke Tanah Air. Nampaknya piala Thomas masih mau berkelana di luar sana. Dan kita kembali masih harus menunggu.
Kita semua tahu bahwa piala Thomas sudah sangat lama tidak “pulang” ke Indonesia. Sejak 2002 terakhir kita menggenggamnya, belum pernah lagi sekalipun ia kembali. Sejak 2002 terakhir kita meraihnya, ia lebih memilih Tiongkok sebagai tempat berlabuh. Hingga pada akhirnya ia pun bosan karena sudah 10 tahun menetap di negeri tirai bambu tersebut. Pada 2014 ia lebih memilih Jepang sebagai tempat pelarian.
Indonesia tentu tidak tinggal diam. Sebagai peraih piala Thomas terbanyak, tentu kita yakin bahwa “rumah” bagi piala Thomas adalah Indonesia. Sebagai peraih piala Thomas terbanyak, tentu kita juga yakin bahwa piala Thomas hanya tersesat dan lupa jalan pulang. Karena itulah harus kita yang datang menjemput agar piala Thomas mau kembali ke tempat seharusnya ia berada.
2016. Indonesia berangkat ke Kunshan, Tiongkok, dengan misi menjemput piala Thomas. 10 arjuna kita akan bertarung demi meraih kembali lambang supremasi tertinggi beregu putra tersebut. Berbekal sebagai juara tingkat Asia Tenggara pada pertengahan 2015 dan juara tingkat Asia pada awal 2016 lalu, tentu menjadi hal yang realistis jika 10 putra bangsa ini ditargetkan juara. Didominasi oleh pemain muda, tim Thomas Indonesia tidak gentar menghadapi apapun.
Tommy Sugiarto, Jonatan Christie, Anthony Ginting, dan Ihsan Maulana akan berusaha untuk mengamankan poin dari nomor tunggal. Sedangkan Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, Angga Pratama, Ricky Karanda, Kevin Sanjaya, dan Marcus Gideon akan bahu membahu untuk mengamankan poin dari nomor ganda. Kombinasi pemain senior dan junior dalam tim diharapkan mampu memberikan banyak pelajaran bagi pemain debutan agar siap menerima tongkat estafet yang diberikan para seniornya.
Berada di grup B bersama Hongkong, Thailand, dan India, tim Indonesia tentu ditargetkan menjadi juara grup B. Hal ini dimaksudkan agar Indonesia tidak bertemu dengan tim kuat terlebih dahulu pada undian di perempat final. Tim Thomas Indonesia berhasil melalui fase grup dengan baik dengan menjadi juara grup B setelah meraih kemenangan sempurna tak terkalahkan. 5-0 dengan Hongkong, 4-1 dengan Thailand, dan 5-0 dengan India.
Berhasil menjadi juara grup B, Indonesia berpeluang bertemu runner up dari masing-masing grup. Berdasarkan pengundian, di babak perempat final Indonesia harus kembali bertemu dengan Hongkong yang sebelumnya memang berada pada grup yang sama. Keberhasilan Indonesia mengalahkan Hongkong 5-0 di fase grup, ternyata tidak berjalan mudah pada perempat final. Tommy Sugiarto yang turun di partai pertama sempat membuat khawatir lantaran kalah di game pertama. Namun Tommy dapat mengamankan partai ini dengan rubber game dan menyumbang poin pertama bagi tim. Masuk ke partai kedua, Indonesia dibuat ketar ketir lantaran pasangan Ahsan/Hendra harus mengakui pasangan ganda pertama Hongkong. Indonesia vs Hongkong 1-1.
Kekalahan sang kapten tim, Hendra Setiawan, ternyata tak mebuat Jonatan Christie yang turun di partai ketiga gentar. Ia berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat berhadapan dengan tunggal kedua Hongkong. Indonesia sementara unggul 2-1. Turun di partai penentuan, pasangan Angga/Ricky menampilkan performa yang luar biasa. Mereka berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan berhasil mengantarkan tim Thomas Indonesia melaju ke semi final dengan mengalahkan Hongkong 3-1.
Result quarter final Indonesia vs Hongkong : http://www.tournamentsoftware.com/sport/teammatch.aspx?id=98FF39E5-3CE5-4D78-A9E6-4199026B3C5D&match=69
Di semi final, Indonesia harus berhadapan dengan Korea yang secara mengejutkan dapat menghentikan laju tuan rumah Tiongkok di perempat final 3-1. Menghadapi Korea, manager Indonesia memutuskan untuk mengistirahatkan Tommy Sugiarto dan memberikan kepercayaan kepada 3 tunggal muda Indonesia untuk mengemban tugas. Kendati tampil kurang memuaskan pada laga perempat final kontra Hongkong, Ahsan/Hendra masih dipercaya untuk turun menghadapi pasangan nomor 1 dunia, Lee/Yoo, karena dirasa memiliki tipe permainan yang cocok untuk menghentikan lawan. Di ganda kedua, Angga/Ricky dipercaya untuk menghadapi duet Kim/Kim.
Turun menjadi tunggal pertama yang diharapkan dapat membuka jalan bagi tim, Jonatan Christie terlihat tampil tidak meyakinkan. Permainannya tidak dapat mengimbangi Son Wan Ho yang tampil taktis. Jonatan harus merelakan poin pertama diambil oleh Korea dan membuat Indonesia sementara tertinggal 0-1.