Lihat ke Halaman Asli

Nesya CallistaPutri

Mahasiswi Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan

Geladi Hominisasi

Diperbarui: 22 Oktober 2022   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Geladi merupakan upaya yang dilakukan oleh Universitas Katolik Parahyangan dalam pengembangan potensi insani untuk menanamkan spiritualitas dan nilai-nilai dasar pada mahasiswa. Geladi terbagi menjadi tiga yaitu hominisasi, divinisasi, dan humanisasi. Kali ini saya mengikuti geladi hominisasi yang bertujuan untuk memahami manusia dengan menggunakan akal budi secara logis dan kehendak bebas dalam hal tanggung jawab. Geladi ini bekerja sama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia, Logika, dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 

Sebelum pelaksanaan geladi, kami diharuskan mengerjakan tugas pra-geladi mengenai Indonesia. Kami diharuskan mendengarkan “Indonesia Raya” 3 stanza, menyaksikan film pendek mengenai masalah yang terjadi di Indonesia, lalu menjelaskan bagian yang menarik menurut kami. Mendengarkan lagu “Indonesia Raya” 3 stanza bertujuan agar kami lebih familiar dengan lagu nasional Indonesia dan lebih mengerti makna lagu ini secara utuh. Sedangkan film pendek yang saya pilih adalah mengenai ketahanan pangan Indonesia karena bertepatan pada 16 Oktober merupakan “Hari Ketahanan Pangan Dunia”. Hal menarik dari tugas tersebut adalah penjelasan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah namun masih meminta sumber daya alam dari negara lain. Sesungguhnya banyak sekali pekerjaan rumah atau PR kami sebagai warga negara Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju saat ulang tahun Indonesia ke-100 atau pada tahun 2045. Namun, dengan kesadaran dan upaya yang telah dimulai sejak saat ini, tidak ada kata tidak mungkin untuk membuat suatu perubahan. Seperti julukan Indonesia “macan Asia yang tertidur”, kelak macan ini akan bangun dan memberikan perubahan besar bagi dunia.

Saat pelaksanaan geladi, kami telah dibagi kelompok yang akan digunakan untuk berdiskusi terkait topik yang didapat. Saya mendapat kelompok lima dan membawakan tema “Hari Pengentasan Kemiskinan Dunia”. Selain ada diskusi kelompok, kami juga mendapat quiz mengenai Indonesia. Seperti museum di Indonesia, tarian adat, destinasi wisata, dan lainnya. Banyak sekali ilmu yang saya dapat dari geladi kali ini. Seperti kata Bu Nita, “Jika kita tidak mengenal seseorang, bagaimana kita bisa sayang? Jika kita tidak mengenal Indonesia, bagaimana bisa sayang dan menjadi warga negara Indonesia yang baik?”.

Beragam pelajaran yang saya dapat ambil saat diskusi kelompok. Pertama, mengenai kemiskinan dunia. Munculnya berita bahwa Bank Dunia telah menaikan garis kemiskinan dari berpenghasilan sekitar Rp50.000,00 per hari menjadi Rp100.000,00 membuat tingkat kemiskinan di Indonesia semakin meningkat. Kenaikan harga di Amerika Serikat dan Covid-19 menjadi faktor utama meningkatnya kemiskinan di dunia. Dalam diskusi kelompok ini, kami membahas strategi yang dilakukan Indonesia, kelebihan serta kelemahan Indonesia, dan pandangan mahasiswa terhadap kemiskinan baik di dunia dan di Indonesia.

Kedua, mengenai softskill yang dilatih. Masukan yang diberikan mengenai cara public speaking yang baik, cara menyampaikan gagasan dengan jelas, dan cara meringkas ide agar tepat sasaran membuat saya lebih mengerti dan melatih saya agar menjadi lebih baik ke depannya baik dalam dunia perkuliahan atau kegiatan sehari-hari.

Selain diskusi kelompok sendiri, terdapat penjelasan mengenai tema kelompok lain pula karena kelompok-kelompok terbaik menjelaskan tema mereka pada semua partisipan. Tema yang disampaikan seperti “Hari Perpustakaan”, “Hari Pangan”, dan “Hari Sumpah Pemuda”. Hal ini turut menambah pengetahuan saya seputar masalah di Indonesia.

Terakhir, rangkaian geladi ini ditutup dengan tugas pasca-geladi yang berfungsi untuk merangkum dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Tidak kalah penting dengan rangkaian kegiatan yang lainnya, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perubahan apa yang kami dapat, langkah yang akan kami ambil untuk mengimplementasikan ilmu tersebut, dan upaya mengukur kepahaman kami selama rangkaian kegiatan berlangsung. 

Saya dapat menjelaskan gagasan serta pengalaman selama geladi Hominisasi ini dengan adanya kemampuan berbahasa. Tentunya tidak kalah penting juga bagi warga negara. Bahasa dapat membuat kami saling terhubung dan saling mengerti. Kemampuan ini harus didampingi dengan logika agar gagasan yang ingin disampaikan tepat tujuan. Logika membuat pendapat tidak memiliki makna ganda. Hal ini dapat mencegah masyarakat Indonesia dari perpecahan yang dapat timbul dari miskomunikasi. 

Sebagai generasi muda, banyak hal kecil yang dapat kami lakukan. Kami dapat berlatih untuk berdiskusi membahas suatu topik untuk mengasah kemampuan berpikir kritis menggunakan logika serta public speaking untuk mengasah kemampuan berbahasa, Hal kecil tersebut dapat dimulai sejak dini agar mengurangi pekerjaan rumah untuk menjadikan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Tidak akan ada yang sia-sia. Jika kita gagal, pasti nanti datang kebaikan. Namun jika kita tidak memulai saat ini, tidak ada yang menjamin bahwa masih ada hari esok. Sehingga kita harus memanfaatkan setiap hari sebaik mungkin menjadi manusia utuh yang saling mencintai dalam hal kebaikan dan hidup dalam keberagaman yang harmonis.

Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” - Ir. Soekarno

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline