Mengikuti perkembangan zaman, ilmu psikologi terus berkembang hingga saat ini. Meluasnya media sosial juga ikut membuntuti perkembangan psikologi itu sendiri hingga kini diketahui oleh banyak orang. Psikologi yang dulunya dianggap sebagai ilmu tabu, kini pelan-pelan mulai mendapat pengakuan dari masyarakat. Salah satu yang paling sering diperbincangkan adalah edukasi parenting.
Tujuannya, edukasi parenting di media sosial adalah agar para orang tua mendapatkan ilmu baru yang harapannya bisa benar-benar diterapkan. Namun, karena adanya kebebasan mengakses media sosial membuat konten-konten tersebut juga sampai ke para anak sehingga ikut menimbulkan dampak-dampak tertentu. Bagaimana bisa?
Berikut dampak perilaku yang sering tampak di masyarakat :
- Anak yang Menuntut Orang Tuanya
Biasanya, konten-konten edukasi parenting membahas atau menayangkan hal-hal seputar apa saja yang seharusnya dilakukan orang tua ke anaknya, apa saja hak-hak yang harus didapatkan anak dari orang tuanya, perlakuan yang tepat dalam mendidik anak, dan lain-lain. Bagi orang tua, konten seperti itu adalah pembelajaran untuknya. Namun, jika konten ini sampai ke anak, khawatir dampaknya membuat mereka menuntut banyak hal dari orang tuanya. Karena merasa selama ini mereka tidak mendapatkan hak-hak mereka, atau bahkan merasa mendapatkan perlakuan yang tidak sesuai.
- Timbulnya Rasa Marah atau Benci
Setelah melihat banyaknya konten yang memuat parenting, anak akan mempersoalkan sikap-sikap orang tua yang tidak bisa diterimanya dan hanya fokus pada dirinya yang merasa paling tersakiti. Sehingga hal ini dapat memicu tumbuhnya perasaan marah kepada orang tua. Atau parahnya, seorang anak akan membenci orang tua yang memiliki karakteristik yang tidak sesuai dengan keinginannya karena terlalu mengkhayalkan orang tua yang sempurna seperti orang tua lain di luaran sana.
- Munculnya Motivasi
Konten-konten edukasi parenting juga dapat memengaruhi anak dari segi positif yaitu tumbuhnya motivasi dalam diri. Artinya, anak yang seperti ini mampu menyerap sajian media sosial dengan baik. Jadi, hal ini justru dijadikan pembelajaran sekaligus peringatan bahwa jika suatu saat menjadi orang tua, maka ia akan mempersiapkan diri agar menjadi orang tua yang siap dengan segala beban dan tanggung jawabnya.
Kalau kamu merasa dampak yang kamu rasakan adalah 2 poin pertama di atas, mulai sekarang, yuk sama-sama renungkan. Mau bagaimanapun orang tuamu, mereka tetap yang terbaik untukmu. Orang tua memang bisa salah, tapi bukan berarti hal ini dapat kamu jadikan alasan untuk menyalahkan mereka.
Atau, pernahkah kamu membayangkan orang tua dari temanmu yang menjadi orang tuamu? Coba dipikirkan kembali, bagaimana jadinya jika bukan orang tua mu lah yang menjadi orang tuamu. Ada hal-hak yang justru tidak kamu dapatkan jika bukan mereka yang menjadi orang tuamu. Jadi, mereka sudah yang paling tepat untukmu.
Konten edukasi parenting sebenarnya ditujukan untuk para orang tua atau calon orang tua. Jadi, kalau kamu belum menjadi orang tua, simpan dulu ilmunya untuk anakmu di masa depan, bukan malah dijadikan bahan untuk mencerca orang tua yang tidak terlepas dari ketidaksempurnaan.
Selain ketiga poin di atas, apa yang kamu pikir/rasakan setelah melihat konten mengenai edukasi parenting?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H