Banyak hal yang unik dan menarik dari Jepang, salah satunya budaya berendam. Bagi saya berendam di air panas adalah hal biasa karena tidak jauh dari Kota Bandung banyak tempat berendam air panas seperti di derah Ciater, Subang.
Berendam orang Jepang dan orang Indonesia berbeda. Orang Indonesia berendam hanya untuk rekreasi dan sekali-kali saja dilakukan. Seperti saya berendam di Ciater bisa di hitung dengan jari. Sedangkan bagi orang Jepang berendam sudah merupakan budaya dan kebutuhan. Kamar mandi mereka biasanya memiliki bathub untuk berendam atau di sebut Ofuro.
Jadi bagi mereka berendam adalah bagian dari mandi. Banyak hotel juga yang menyediakan tempat berendam bagi tamunya, kadang terbuka untuk umum tanpa harus menginap di hotel tersebut dengan biaya yang sudah di tetapkan oleh hotel.
Ada 2 macam cara mandi orang Jepang yaitu Onsen atau berendam di air panas dan Sento adalah tempat pemandian untuk umum. Pengunjung Onsen atau Sento bisa memilih akan berendam atau mandi di tempat khusus Laki-laki, khusus wanita, atau campur (biasanya untuk pasangan).
Saya datang ke Jepang saat musim gugur dimana suhu sudah mulai dingin dan berencana untuk berendam di onsen. Bagi kita yang bukan orang Jepang, berendam di onsen menjadi tantangan tersendiri karena saat berendam kita diwajibkan untuk membuka semua pakaian kita, jadi tidak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuh, yang diperbolehkan biasanya hanya handuk kecil tipis untuk menutup kepala.
Berendam di private onsen menjadi pilihan bagi yang tidak memiliki "nyali" untuk berendam di public onsen bersama dengan orang yang tidak di kenal dengan tubuh tanpa di tutupi apapun. Sekarang ini sudah ada beberapa onsen yang memperbolehkan pengunjung menutup tubuhnya saat berendam, biasanya kita diharuskan menyewa pakaian seperti handuk.
Bagi saya yang ingin merasakan menjadi orang "Jepang", saya akan berendam tidak hanya di public onsen tapi juga outdoor onsen dengan sumber air panas alami. Outdoor onsen biasanya ada di pegunungan atau di pinggir pantai.
Pilihan saya untuk menikamati onsen adalah Takaragawa Onsen. Belum berendam saja, menuju onsen ini sudah tantangan bagi saya. Dari Tokyo menggunakan Shinkansen double decker atau kereta cepat dengan 2 lantai menuju Stasiun Jomo Kogen sekitar 70 menit. Jika ingin menikmati view yang lebih jelas saat reservasi kursi pilihlah deck paling atas.
Pilihlah jadwal kereta pagi yang tidak lebih dari jam 08:00 supaya tidak tertinggal bus menuju Takaragawa Onsen. Tiba di Stasiun Jomo Kogen harus berganti transportasi menggunakan bus menuju terminal bus Minakami, halte bus berada di dekat pintu keluar stasiun kereta.
Tiba di Terminal bus Minakami harus kembali beganti bus menuju Takaragawa Onsen. Jadwal bus dari Minakami menuju Takaragawa onsen hanya ada satu kali dalam sehari yaitu untuk pergi jam 10:45 pagi dan jadwal pulang dari Takaragawa Onsen juga hanya satu kali yaitu jam 14:52. Jika ingin melakukan one day trip jangan sampai tertinggal bus. Takaragawa Onsen juga memiliki rykon atau penginapan tradisional Jepang. Jika memiliki waktu akan lebih puas menginap di sini.
Jalur yang akan dilalui menuju onsen menanjak dan berkelok-kelok, viewnya sangat cantik apalagi saat musim gugur kita bisa melihat pemandangan gunung-gunung yang berwarna warni dan sungai dengan air yang sangat jernih. Selama dalam perjalanan dari Minakami menuju onsen saya tidak melihat ada bangunan rumah satupun, hanya gunung dan hutan. Yang membuat saya sedikit mengkeret karena hanya sendiri di dalam bus bersama bapak supir, tidak ada penumpang lain. Tidak hanya saat pergi, saat pulangpun saya sendirian. Bus akan berhenti tepat di depan onsen.