Lihat ke Halaman Asli

Nicodima Wigonesti Murani

Living in paradise : Indonesia

Napak Tilas ke Curug Batu Templek di Bandung Timur

Diperbarui: 5 Agustus 2019   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Curug Batu Templek saat kecil dan remaja

Orang Bandung mah ga punya pantai, punyanya gunung. Sejak kecil kalo di ajak jalan-jalan ya ke gunung, kebetulan rumah saya di daerah Cicaheum dekat Terminal Bus Cicaheum, daerahnya agak naik sedikit, kalo mau ke gunung tinggal trekking dari belakang rumah. 

Eiittt jangan salah trekkingnya bisa berkilo kilo meter. Sampe SMA saya masih suka jalan-jalan ke gunung bersama anak-anak tetangga. Kalo teman sekolah saya main dan nongkrongnya di mall atau caf ,  saya mainnya ke alam. Biasanya hari minggu pagi kita trekking, waktu itu belum ada HP jadi kalo nyamper pake batu kecil di lempar ke jendela kamar.

Lokasi yang di tuju biasanya ganti-ganti kadang ke Caringin Tilu, sekarang ada tambahan destinasi  dekat Caringin tilu yaitu Bukit Moko, dan salah satu lokasi yang kami suka adalah Curug Batu Templek. Curug artinya air terjun. 

Batu templek sendiri bekas penambangan batu dengan dinding batu yang bentuknya seperti berlapis. Rute yang dilalui biasanya lewat sawah-sawah yang viewnya berubah-ubah, kadang sedang di bajak, kadang padinya masih hijau, sekali waktu padinya sudah menguning lalu merunduk sampai ke tanah dan siap di panen.

Ada cerita lucu ketika kami melewati sawah yang sedang di bajak, tiba-tiba ada anak kerbau mendekati kami seperti akan menyeruduk, otomatis semua bubar lari ke segala penjuru, saking paniknya malah lari ke tengah sawah yang sedang di bajak yah malah ga bisa lari yang ada kita jadi kaya kerbau berkubang penuh lumpur. 

Kata bapak petani harusnya ga usah lari, lompat saja ke pematang sebelahnya, jadi antara pematang sawah yang satu dan lainnya biasanya kan ada saluran air, nah kalo kita lompati saluran air itu kerbau udah ga bisa ngejar kan dia ga bisa lompat, yaah bapak telat ngasih taunya, si bapak hanya tertawa melihat wujud kita yang udah kaya kerbau abis berkubang.

Untungnya rute yang kita lalui setelah sawah adalah sungai yang jernih dengan batu-batu alamnya, banyak ibu-ibu dan mbak-mbak mandi, mencuci baju dan anak kecil bermain air. Akhirnya kita ikutan mandi di sungai untuk menghilangkan lumpur yang menempel di badan dan pakaian. Setelah mandi seadanya kami nongkrong di pinggir sungai berjemur untuk mengeringkan badan sekaligus baju yang menempel. Kalo orang kan berjemurnya di pantai, lah ini mah di sungai.

Kalo trekking kita ga pernah bawa air minum karena sepanjang jalan biasanya kita akan menemukan mata air. Airnya dingin dan seger banget.

Tidak hanya sawah dan sungai, semakin keatas kita akan melihat banyak perkebunan seperti kol, tomat, jagung, cabai dengan latar belakang view Kota Bandung dari atas, cantik sekali.

Setelah lulus SMA saya sudah tidak pernah trekking lagi, sibuk kuliah lalu bekerja dan mulai jadi anak mall.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline