Menurut Profil Kesehatan RI 2017 Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,jamur dan bakteri. Berdasarkan Riskesdas penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun,yang menyebabkan kematian pada 920.136 balita,atau lebih dari 2.500 perhari,atau perikiraan 2 anak balita meninggal setiap menit pada tahun 2015 (WHO, 2017).
Di Indonesia,data Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa pneumonia menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan balita (15,5%). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi dari pneumonia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasrkan data Laporan Rutin Subdit Tahun 2017,didaptkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54. Angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,22% pada tahun 2017 menjadi 0,34%. Pada tahun 2017,angka kematian akibat pneumonia pada kelompk bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,56% dibandingkan pada kelompok anak umur 1-4 tahun sebesar 0,23%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ita Puspasari tahun 2019 menyatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab pneumonia pada balita yaitu :
- Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna,beresiko terkena penyakit infeksi terutama pneumonia sehingga risiko kematian menjadi lebih besar dibanding dengan berat badan lahir normal.
- Malnutrisi. Beberapa studi melaporkan bahwa kekurang gizi akan menurunkan kapasitas kekebalan untuk merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan fungsi granulosit,penurunan fungsi komplemen,dan juga menyebabkan kekurangan mikronutrien.
- Kurangnya Pemberian ASI Eksklusi. Berdasarkan pedoman manajemen laktasi (2010) yang dimaksud denan pemberian ASI eksklusif disini yaitu bayi hanya diberi ASI tanpa makanan tambahan atau minuman lain termasuk air putih kecuali obat,vitamin,mineral dan ASI yang diperas. Balita yang tidak mendapat ASI eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga dapat mempermudah balita untuk terkena penyakit pneumonia.
- Keluarga Besar (padat). Berdasarkan penelitian menjelaskan bahwa balita yang tinggal di kepadatan hunian yang padat berpeluang mengalami pneumonia 2,20 kali dibanding tinggal di kepadatan hunian tidak padat dan balita yang tinggal dengan rumah berventilasi udara berpeluang mengalami pneumonia 0,42 kali dibanding balita yang tinggal dirumah yang memiliki ventilasi udara
- Polusi Udara. Anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan polusi udara yang kotor dapat mempengaruhi sistem pernafasan mereka sehingga lebih rentan untuk terkena pneumonia.
- Usia. Anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakit pnumonia dibanding anak-anak berusia di atas 2 tahun. Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan yang relatif sempit.
Sebagai tenaga Promosi Kesehatan kita dapat melakukan upaya pencegahan untuk mengecilkan terjadinya resiko pneumonia pada balita dengan cara melakukan sosialisai atau penyuluhan kepada masyarakat khususnya orang tua untuk lebih memperhatikan kondisi anak mereka dan bagaimana cara mencegah dan mengenali tentang penyakit pneumonia pada balita. Dalam penyuluhan kami menargetkan khusus orang tua karena orang tua yang lebih tau semua tumbuh kembang dan kondisi anak mereka dan orang tua yang berperan penting dalam kesehatan anak mereka. Selain kita juga dapat melakukan edukasi dengan membagikan media leaflet pada masyarakat terkait penyakit pneumonia pada balita.
Penyakit pneumonia pada balita bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh sebab penyakit ini merupakan penyakit yang sangat rentan akan dialami oleh balita dan faktor penyebabnyapun akan berbeda di setiap balita.
Untuk itu dihimbau untuk para orang tua di luaran sana perhatikan kondisi anak kalian,penuhi gizi anak dengan baik dan yang paling utama adalah berikan ASI eksklusif pada anak kalian karena sebaik-baiknya makanan tambahan bagi anak balita,ASI merupakan makanan paling terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
by
Nenti Sulfia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H