Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Pendidikan dan Kebudayaan Tidak Dapat Dipisahkan

Diperbarui: 5 November 2023   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Pendidikan, rak buku-buku pelajaran. (Sumber: KOMPAS/CHY)

Sebelum memikirkan ide pemisahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka kita perlu flashback, mengenang masa perjuangan bapak pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara melawan penjajahan melalui pemikiran dan gagasan di bidang pendidikan. 

Pada tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah sekolah yang tidak pernah dilupakan oleh sejarah, Taman Siswa di Yogjakarta. Taman Siswa adalah model pendidikan yang diwujudkan untuk melawan sistem pendidikan yang dikendalikan oleh kolonial pada saat itu.

Dalam buku Sekolah Biasa Saja yang ditulis oleh Toto Rahardjo, menyebut pendidikan yang dikendalikan oleh kolonial di masa itu bersifat materialistik, individualistik dan intelektualistik yang sangat membelenggu pribumi. Disisi lain mengancam karakter kebudayaan lokal.

Taman Siswa hadir melawan dengan pendidikan yang humanis dan populis. Pendidikan yang humanis dan populis menunjukkan bahwa Ki Hadjar Dewantara lebih peduli dengan pendidikan yang berkonteks pada kebudayaan lokal daripada pendidikan kolonial dengan nilai-nilainya itu.

Karena itu, dalam pemikirannya, Kebudayaan dan Pendidikan tidak boleh dipisahkan. Pengembangan kebudayaan dilakukan melalui pendidikan yaitu pendidikan di keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat. Dan pendidikan dapat diperoleh dari kehidupan nyata atau budaya itu sendiri. 

Konsep Taman Siswa ini justru melahirkan seorang seniman besar bernama Benyamin Sueb. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film. 

Benyamin Sueb masuk ke dalam daftar The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa versi majalah Rolling Stone Indonesia.

Akan tetapi,  banyak orang mengenal Benyamin Sueb yang tidak merasa minder menyanyikan lagu-lagu Betawi di tengah popularitas budaya asing di Indonesia. Karakter itu terbentuk dari Taman Siswa.

Sekali lagi, saya sepakat dengan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Tanpa proses pendidikan kedudukan kebudayaan tidak akan berkembang. 

Sangat jelas peranan pendidikan dalam kebudayaan, keduanya tidak terlepaskan antara pendidikan dan kebudayaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline