Semua atribut Partai Demokrat di gedung sekretariat DPD Provinsi dicopot lalu dibakar. Tak ada satupun yang tersisa. Sementara Ganjar Pranowo dibawa-bawa. Apa yang terjadi?
Aksi demonstran yang datang dari simpatisan Partai Demokrat terlihat anarkis di depan gedung sekretariat DPD Partai Demokrat. Para demonstran mencopot segala atribut partai termasuk baliho Ketua Umum, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dibakar habis oleh masa.
Mengapa hal ini terjadi? Beginilah kronologinya.
Oktober 2021, lalu, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Musyawarah Daerah (Musda) dengan salah satu agendanya adalah memilih Ketua DPD Partai Demokrat NTT.
Pada kesempatan itu, terdapat dua figur yang mendaftar untuk mencalonkan diri sebagai Ketua DPD. Diantaranya Jefri Riwu Kore sebagai incumbent yang sekaligus menjabat sebagai Walikota Kupang dan Leonardo Lelo sebagai penantang yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi NTT.
Biasanya pemilihan ketua umum partai, ketua DPD dan jajarannya dilakukan secara aklamasi seperti pemilihan Agus Harimurti Yudhoyono menggantikan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi, kali ini, pemilihan dilakukan secara demokratis, dengan pemilih adalah para Ketua DPC dan 1 suara dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
Alhasil, dalam Musda IV Partai Demokrat, Leonardus Lelo unggul atas Jefri Riwu Kore dengan perolehan suara sebanyak 10 suara untuk Leonardus dan 9 suara untuk Jefri. Dalam tahapannya, Leonardus belum bisa ditetapkan karena anggota musda sepakat untuk kedua calon harus melewati fit and proper test atau uji kelayakan yang dilakukan oleh Tim Tiga yaitu Ketua Umum, Sekjen dan Ketua BPOKK sebelum ditetapkan sebagai ketua defenitif.
Memasuki tahun baru, 2022, berdasarkan hasil fit and proper test serta pertimbangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP), maka keputusan Ketua Umum, Agus Harimurti Yudhoyono, menetapkan Leonardus Lelo menjadi Ketua DPD Demokrat NTT periode 2021-2026.
Penetapan Leonardus Lelo ini sontak mengundang reaksi keras berupa demonstrasi dari simpatisan Jefri Riwu Kore di Kota Kupang. Aksi ini diwarnai dengan pencopotan atribut berupa papan nama, bendera, baju, umbul-umbul dan baliho. Atribut-atribut tersebut kemudian dibakar habis di depan gedung sekretariat. Aksi ini cukup keras dan tidak bisa dihentikan oleh pihak kepolisian.