Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Mengatasi Kemiskinan Ekstrem di NTT [Bagian 3]

Diperbarui: 20 November 2021   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kemiskinan (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Setelah perbaikan data dan birokrasi maka pemerintah daerah perlu melihat potensi masyarakat NTT secara cermat dan dikembangkan secara tepat. Apa yang tepat dikembangkan untuk mengatasi kemiskinan? Dan bagaimana mengembangkannya?

Secara umum, terdapat 4 potensi besar yang dapat dikembangkan di NTT seperti pariwisata, kelautan dan perikanan, pertanian dan peternakan.

Memang sementara ini Pemda sedang berusaha untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dalam upaya pengembangan, benar-benar menjawab persoalan-persoalan mendasar.

Pertama, Sektor Pariwisata

Pariwisata di NTT tidak sedikit yang menarik perhatian dunia internasional. NTT memiliki laut yang bening dengan terumbu karang dan keanekaragaman biota laut yang unik. Ada bukit dan gunung yang menyimpan keanekaragaman hayati yang sudah bertahan ratusan tahun seperti komodo dan bonsai.

Ada festival budaya yang menjadi wisata budaya seperti Pasola di Sumba, Megalitik di Sumba, perkampungan adat di Wae Rebo, Boti di Timor Tengah Selatan. Bahkan ada wisata Rohani Semana Santa di Flores dan Pawai Sinode GMIT di Kota Kupang.

Meski demikian kelihatannya tidak ada sumbangsih yang besar dalam upaya penanganan kemiskinan. Mengapa?

Umumnya pengembangan pariwisata adalah mendatangkan investor untuk membangun hotel dan sebagainya di kawasan pantai, hutan dan pegunungan.

Keuntungannya masuk ke kantong investor dan pemerintah, sementara masyarakat yang hidup di kawasan pariwisata menjadi budak di tanah sendiri. Menjadi buruh untuk mengais rupiah dari para investor yang bermodal besar.

Lagi pula, pembangunan-pembangunan semacam itu mengancam populasi flora dan fauna yang sejatinya menjadi daya tarik selama ini. Sebut saja pembangunan Jurassic Park di Pula Rinca, alih-alih mengembangkan sektor pariwisata, pembangunan tersebut justru mengancam kelangsungan hidup komodo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline