Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Noes Nu, Tradisi Menghapus Air Mata Pelayat Suku Dawan (Timor)

Diperbarui: 15 Januari 2021   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Dokumen pribadi Neno Anderias Salukh

Upacara kematian dalam tradisi Suku Dawan (Atoin Meto) di Pulau Timor tidak selesai dalam tradisi kusa nakaf.

Baca: Kusa Nakaf, Tradisi "Paku Peti Mati" Suku Dawan (Timor).

Selain kusa nakaf, tradisi menghapus air mata pelayat merupakan bagian yang tak kalah penting dalam upacara kematian masyarakat Suku Dawan. Dalam Bahasa Dawan (Uab Meto), tradisi menghapus air mata pelayat ini dikenal dengan istilah noes nu.

Noes merupakan metatesis dari kata nose yang berarti menghapus dan nu berarti air mata. Jadi, noes nu berarti menghapus air mata yang dilakukan oleh keluarga berduka kepada kerabat atau kenalan yang melayat (pelayat).

Hal ini dilakukan karena pelayat telah mengekspresikan belasungkawanya dan rasa empatinya dengan tangisan dan air mata. Biasanya pelayat menangis di dekat jenasah sembari menceritakan perbuatan baik orang yang meninggal dunia.

Setelah pelayat mengekspresikan belasungkawa dan rasa empatinya, keluarga duka yang diwakili oleh para tetua adat mempersilahkan para pelayat untuk mengambil tempat duduk untuk pelaksanaan ritual noes nu.

Biasanya, noes nu dilakukan dengan cara natoni (sebuah ungkapan sastra) yang dilakukan oleh seorang jubir adat atau penutur. Dalam natoni, jubir akan menceritakan mengapa, bagaimana dan kapan orang yang meninggal dunia dipanggil pulang oleh yang maha kuasa.

Selain itu, jubir juga akan memberitahukan alasan keluarga yang berduka memberitahukan informasi kedukaan kepada kerabat dan kenalan. Alasan persaudaraan dan kekeluargaan merupakan alasan utama keluarga berduka memberitahukan peristiwa dukacita yang mereka alami. Bahwa memilih diam dan sendiri berduka melanggar hukum persaudaraan dalam tradisi Atoin Meto.

Jubir juga memberitahukan proses mempersiapkan jenasah dalam pembaringan. Bahwa jenasah disiapkan baik-baik di atas tempat tidur atau di dalam peti sebelum kerabat dan kenalan melayat dan memberikan penghormatan terakhir.

Tidak lupa, jubir memberitahukan waktu upacara pemakaman, persiapan lubang kubur. Harapannya, kerabat dan kenalan tetap bersama keluarga yang berduka selama masa perkabungan hingga waktu pemakaman. Kebersamaan ini diungkapkan lewat ajakan kaet alakit mat kulut alakit yang berarti menangis kita bersama-sama, berkabung pun kita bersama-sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline