Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Mengangkat Pakaian Adat Suku Dawan (Timor) di Kancah Internasional

Diperbarui: 18 Agustus 2020   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Kabupaten Timor Tengah Selatan | Biro Setpres RI

Peristiwa peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 kemarin merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) secara khusus masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat istiadat TTS. Pakaian adat tersebut didatangkan dari Kecamatan Nunkolo, Amanatun Selatan. Amanatun merupakan salah satu swapraja di Pulau Timor yang bergabung dengan swapraja Amanuban dan Mollo membentuk Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Beberapa model kain tenunan Timor Tengah Selatan| Instagram Dicky Senda

Tentunya, Jokowi sebagai figur publik membuat kain tenunan dari TTS akan dilirik oleh dunia internasional. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin, suatu saat kain tenunan akan menjadi andalan masyarakat TTS untuk berusaha berdiri di atas kaki sendiri.

Akan tetapi, realita saat ini, mayoritas kain tenunan masyarakat Dawan, secara khusus di TTS masih dihargai dengan nominal yang masih sangat murah di Pasar Lokal dan Pasar Nasional. Harga yang sangat murah ini bertolak belakang dengan beratnya perjuangan para perempuan Timor menyatukan benang-benang tersebut menjadi sebuah kesatuan yang indah menurut mereka.

Kemudian penulis mencari tahu beberapa alasan yang digunakan oleh konsumen dalam memilih kain tenunan. Berdasarkan hasil wawancara saya dengan beberapa teman di kalangan milenial yang bergelut di dunia mode, mereka berpendapat bahwa corak pemilihan warna yang digunakan oleh beberapa perempuan Dawan kurang menarik perhatian.

Sejauh yang mereka amati, kain tenun Nunkolo yang digunakan oleh Jokowi merupakan corak paling indah yang dimiliki Suku Dawan dan daya tariknya di dunia bisnis cukup diperhitungkan dengan kain tenunan yang lain di NTT bahkan di Indonesia.

Kain Tenun Nunkolo | Instagram Rotekaro

Sedangkan yang lain seperti Buna orang Amanuban terkesan memiliki lebih banyak warna yang kurang menarik. Hal ini tidak berarti corak yang dimiliki oleh Amanuban dan Mollo tidak bagus tetapi pemilihan warnanya kurang diminati di dunia bisnis atau marketing.

Padahal dalam dunia marketing saat ini, pembuatan produk tidak mengabaikan respons estetika dan preferensi konsumen. Sebagian besar konsumen lebih memilih pola warna dengan warna yang sejenis sedangkan konsumen lainnya lebih suka aksen warna yang sangat kontras satu sama lainnya (Dewaweb).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline