Nusa Tenggara Timur (NTT) terkenal dengan belis (mahar). Kompasianer Reba Lomeh mengatakan bahwa cinta saja tidak cukup untuk menikahi perempuan Manggarai. Lalu bagaimana dengan Suku Dawan?
Mahar atau mas kawin adalah harta benda seperti benda-benda antik, ternak atau hewan yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan pada saat pernikahan. Di beberapa suku, berlaku sebaliknya, mahar diberikan oleh pihak mempelai perempuan kepada laki-laki.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mahar lebih akrab dengan sebutan belis. Belis pun merupakan sesuatu yang luar biasa bahkan mungkin mengerikan bagi orang-orang yang baru berkunjung di NTT. Apalagi bagi mereka yang memutuskan untuk menikahi gadis NTT.
Alor, terkenal dengan moko-nya. Seorang laki-laki yang ingin menikahi perempuan Alor maka ia harus menyiapkan moko untuk belis.
Di Flores, gading gajah merupakan salah satu harta benda yang harus diberikan sebagai belis. Sedangkan di bagian Manggarai Raya, baru-baru ini Kompasianer Reba Lomeh menulis sebuah artikel yang sangat informatif bahwa menikahi perempuan Manggarai tidak cukup dengan modal cinta.
Meski demikian, banyak orang mengakui belis di Sumba lebih mengerikan. Selain Mamoli, pihak mempelai laki-laki harus menyiapkan kerbau sebanyak yang ditentukan, biasanya tergantung kasta perempuan yang dinikahi.
Saat ini, masyarakat NTT sendiri ngeri dan takut dengan belis. Alasannya adalah benda-benda antik tersebut sudah semakin langka dan jika diuangkan, membutuhkan ratusan juta rupiah.
Oleh karena itu, sebagai orang yang besar dalam budaya Suku Dawan, saya seringkali mendapatkan pertanyaan dari teman-teman dari suku yang lain bahwa apakah orang Dawan memiliki belis? Ada juga yang langsung mengatakan bahwa orang Dawan pasti tidak memiliki belis padahal dia belum tahu.
Memang, belis untuk orang Dawan hampir tidak pernah terdengar di telinga orang lain. Salah satu penyebabnya adalah tidak ada belis fantastis yang mirip seperti beberapa suku yang saya ceritakan sebelumnya.
Belis dalam tradisi Suku Dawan memang ada. Kebanyakan orang menyebutnya dengan istilah "Oko" yang berasal dari kata Oko Mama. Penyebutan ini dikarenakan, belis selalu diberikan dengan "Oko Mama" sebagai penghargaan kepada pihak mempelai perempuan.