Adalah rahasia umum, NTT merupakan salah satu provinsi miskin di Indonesia. Kendati demikian, tidak sedikit orang-orang muda pergi ke luar negeri untuk mencari sesuap nasi. Namun nasib mereka berakhir dengan tragis
Baru-baru ini Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) mendata Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Terdapat 95 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 70 orang dan perempuan sebanyak 25 orang.
Penyebab kematian para TKI ini sangat beragam, sebanyak 54 orang yang menderita penyakit, 3 orang mengalami kecelakaan kerja, 10 orang kecelakaan lalu lintas, 2 orang diterkam buaya, 1 orang tenggelam dan 25 orang tidak diketahui penyebab kematiannya.
Mayoritas dari mereka yang diketahui pekerjaannya bekerja sebagai buruh baik buruh kelapa sawit, bangunan, asisten rumah tangga dan sebagainya.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan mereka di luar negeri tidak lain selain buruh dan asisten rumah tangga meski sebanyak 68 orang tidak dikenal pekerjaannya.
Bekerja sebagai buruh tentunya adalah pekerjaan seseorang yang tidak memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk bekerja di sektor jasa.
Oleh karena itu, keputusan mereka untuk mencari nafkah di negeri orang adalah untuk mencari sesuap nasi untuk menghidupi keluarga mereka.
Hal inipun sebagai alasan untuk kita mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah masyarakat yang tidak mampu atau berada di bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, angka kemiskinan Provinsi NTT pada Maret 2019 sebesar sebesar 21,09% atau naik sebesar 0,6% dari angka sebelumnya pada September 2018 dari jumlah penduduk 5.456.203 jiwa.
Artinya jumlah penduduk miskin di NTT sebesar 1.150.713 jiwa atau naik sebesar 3.017 dari 1.147.439 jiwa pada September 2018 yang tersebar di setiap rumah tangga miskin dengan rata-rata anggota sebanyak 5,86 orang.