Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Cerita Guru: Apakah Siswa Boleh Mengajar?

Diperbarui: 11 September 2019   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi: Salah satu murid saya mengajar pengenalan huruf kepada empat orang anak usia dini

Di dunia kepemimpinan, regenerasi sangat diperlukan, di dunia pendidikan ilmu harus dibagikan


Manajemen kelas dalam bimbingan belajar (bimbel) yang saya lakukan pada sore hari adalah tantangan bagi saya sendiri. Saya hampir tidak pernah manajemen kelas dengan baik. 

Kemampuan anak-anak yang datang sangat bervariatif, umur dan kelas yang berbeda menjadi alasan mengapa saya sulit manajemen pembagian kelas.

Akibat dari hal tersebut, saya dipaksa untuk bekerja ekstra untuk melayani kurang lebih 3 kelas dalam satu hari. Saya harus mengakui bahwa kadang bimbel tidak efektif.

Konsekuensinya adalah grafik kehadiran menurun bahkan menyisakan empat murid saya yang masih bertahan mencuri ilmu saya. Ya, ketekunan mereka menunjukkan bahwa mereka sangat antusias untuk belajar.

Memang empat murid yang diberikan bimbel akan lebih efektif karena kelasnya sangat kecil, lagipula kemampuan mereka sama. Selain itu, kelas mereka sangat mudah untuk diajarkan karena kemampuan mereka terbilang cukup bagus.

Meski fokus itu penting untuk sedikit murid itu, salah satu kehadiran saya disini untuk menjangkau banyak orang. Oleh karena itu, setelah melalui beberapa percakapan dengan beberapa teman, saya harus menjangkau banyak murid dengan memberikan bimbel di lain tepat dengan waktu dan hari yang berbeda.

Namun setelah terjadi percakapan dengan beberapa tokoh agama dan tokoh adat di desa ini tentang pentingnya bimbingan belajar. Percakapan tersebut membahas tentang perbandingan bimbel di kota dan di desa yang saya lakukan. 

Bimbel di kota membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk memperoleh hal tersebut sedangkan saya disini memberikan semua ilmu saya secara cuma-cuma. Artinya bahwa orang tua di desa ini tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk mendapatkan bimbel untuk anak-anaknya.

Fix, dari situlah saya yang kembali diperhadapkan dengan masalah yang sama yaitu manajemen kelas karena jumlah mereka yang datang untuk belajar cukup banyak. Bahkan beberapa anak yang dijanjikan untuk bimbel pada hari-hari tertentu datang setiap hari. Saya tidak memberikan bimbel lagi di tempat lain.

Antara dilema dan galau, saya menyuruh mereka pergi atau melayani mereka? Menyuruh anak kecil yang baru pertama kali datang dengan semangat belajar yang tinggi, hanya akan membuat anak tersebut malas untuk belajar apalagi datang mengikuti bimbel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline