Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

"Sexy Killers" Bohong?

Diperbarui: 28 April 2019   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. WatchDoc

Benar-benar Sexy Killers menelanjangi salah satu bisnis terbesar para Kapitalis di Indonesia. Film ini dibumbui dengan adegan-adegan menjijikkan yang diperagakan oleh mereka yang bermuka domba berhati singa. Hal ini bertolak belakang dengan drama yang dilakonkan di panggung politik Indonesia. Dengan mulut manis, mereka membius masyarakat dan menggugah tangis mereka seakan mereka yang terbaik dan paling peduli di negeri ini. Namun, Sejumlah elit politik tidak membenarkan hal ini. Lantas apakah Film Sexy Killer bohong?

Sexy Killer, Film dokumenter yang di produksi oleh WatchDoc dan diunggah di akun YouTube mereka pada tanggal 14 April 2019 ramai diperbincangkan oleh publik Indonesia. Ada yang menggelar nonton bareng dan diskusi lalu melalui beberapa tulisan ada yang menyampaikan pendapat mereka tentang film tersebut.

Film yang telah menembus jutaan penonton ini membahas tentang pertambangan batubara di Kalimantan mulai dari penggalian dan pengoperasian yang hasilnya digunakan sebagai bahan baku untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia.

Selain itu, Film yang disutradarai oleh Dandhy Laksono dan Suparta Arz membahas sisi lain dari pertambangan batubara tersebut. Pertambangan yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal masyarakat menjadi keluhan masyarakat karena memberi dampak negatif yaitu penyakit pada saluran pernapasan akibat polusi udara bahkan memakan banyak korban jiwa. Lubang tambang yang tidak ditimbunpun menjadi pembunuh nomor satu bagi anak-anak yang hidup dengan alam di sekitar tambang tersebut.

Perusahaan tambang batubara di Kalimantan ini rupanya di kuasai oleh beberapa elit politik sekaligus Kapitalis yang cukup dikenal dan berpengaruh di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung dalam film tersebut menyebutkan nama seperti Erik Tohir, Luhut Panjaitan bahkan Pak Jokowi dan Pak Prabowo.

Setelah film tersebut diunggah, karena banyak orang yang memperbincangkan maka banyak pula tanggapan dari berbagai kalangan melalui tulisan di blog, media sosial dan sebagainya. Film yang diunggah di YouTube ini, disukai oleh ratusan ribu orang dan yang tidak menyukainya lebih dari seribu orang. Jumlah yang dibilang tidak sedikit.

Tanggapan berupa like dan unlike mengindikasikan bahwa ada beberapa orang yang sepakat dan ada beberapa juga yang tidak sepakat dengan film tersebut dengan alasan mereka masing-masing.

Tentunya reaksi setiap orang pasti memiliki alasan yang jelas baik itu reaksi positif atau negatif. Ada beberapa orang berpendapat bahwa Film ini menggoyang saham batu bara karena mengungkap para penguasa atau pemegang saham perusahaan batu bara tersebut dan menelanjangi bisnis mereka.

Oleh karena itu, sesuai laporan dari detik.com bahwa film ini mengundang tanggapan dari seorang menteri yaitu Bapak Luhut Panjaitan yang namanya juga ada dalam film tersebut sebagai pemegang saham batu bara. Ia mengatakan bahwa pembuat film tersebut adalah mereka yang kurang kerjaan.

"Nggak, nggak benar lah itu, kurang kerjaan itu," kata Luhut ditemui di Kantor Pusat Bluebird, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline