Lihat ke Halaman Asli

Neno Anderias Salukh

TERVERIFIKASI

Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

ISIS Kalah, Waspadai Ideologinya

Diperbarui: 14 Juli 2019   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

harianpijar.com

Negara Islam Irak dan Suriah atau yang akrab dikenal dikalangan masyarakat dengan istilah ISIS merupakan gerakan yang mengguncang dan mengganggu keamanan dunia. Kelompok yang dikenal sebagai kelompok ekstrimis ini memulai gerakannya pada tahun 2004 dan menguasai 88.000 km persegi tanah di Irak dan Suriah.

Tujuan mereka menguasai dunia dan mengakui serta menganut ideologi ISIS. Mereka yang memutuskan untuk menganut ideologi ISIS, akan mendapatkan rumah gratis dengan layanan listrik, air bersih, dan kesehatan yang cuma-cuma. 

Utang-utang di negara asal bakal dilunasi, pekerjaan gampang dicari, plus jaminan bahagia dunia hingga akhirat. Meski ISIS dikenal dengan reputasinya yang haus darah dan menakutkan.

ISIS bermula dari timbulnya kebencian di beberapa kalangan komunitas atau kelompok Islam Sunni yang merupakan aliran yang terbesar dari semua denominasi Islam. Islam Sunni diikuti oleh hampir 90% dari umat Muslim di seluruh dunia sehingga gerakan ini timbul akibat dari kehilangan kekuasaan. Daerah-daerah yang didominasi oleh Islam Sunni seperti Levant, Mesopotamia, Balkan, Kaukasus dan sub India Benua telah kehilangan dominasi atau berkurang secara kuantitas.
Kebencian komunitas Islam Sunni ini adalah ingin mengembalikan dominasinya di daerah-daerah tersebut.

Upaya ini merupakan Salafisme (Gerakan Salafi) yang mulai berkembang pada akhir abad ke-19 di Mesir. Selain akibat kehilangan denominasi, juga sebagai bentuk tanggapan terhadap gerakan imperialisme Eropa Barat. Akar dari gerakan ini adalah Gerakan Wahhabi pada abad ke-18.

Salafisme dianggap sebagai hibrida Wahhabisme dan gerakan-gerakan pasca-1960 lainnya. Salafisme telah dengan para Jihadis Salafi yang mendukung Jihad keras terhadap mereka yang dianggap sebagai musuh Islam sebagai ekspresi Islam yang sah.

Jihadisme Salafi ini merupakan sebuah istilah yang dikemukakan oleh Gilles Kepel untuk menggambarkan kelompok Salafisme yang mengklaim diri sendiri yang mulai mengembangkan minat dalam Jihad (bersenjata) selam pertengahan 1990-an.

Sedangkan menurut Mohammed M. Hafez, Jihadisme Salafi adalah "bentuk ekstrim Islamisme yang menolak demokrasi dan pemerintah Syiah".

Berbeda dengan Salafi lainnya, seorang sarjana Saudi, Muhammad Ibnu Uthaymen mengatakan  pemboman bunuh diri merupakan kekerasan yang melanggar hukum. Menarik, Muhammad Nasiruddin al-Albani mengatakan Muhammad tidak memulai ajaran-ajarannya dengan Jihad.

Menurut Quintan Wiktorowicz: "Ada beberapa kebingungan dalam beberapa tahun terakhir karena baik modernis Islam dan Salafi kontemporer merujuk (menyebut) diri mereka sendiri sebagai al-salafiyya, membuat beberapa pengamat salah menyimpulkan garis keturunan ideologis yang sama. Namun, para salafiyya (modernis) sebelumnya, pada umumnya adalah kaum Asharis yang rasionalis".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline