Lihat ke Halaman Asli

Nenk Mawar

Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Maaf, Penerbangan Ditunda

Diperbarui: 19 Juni 2020   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Rosidah binti Musa

Dua kali petugas imigrasi menelepon bosku, dari  kamar ia berteriak-teriak memanggil namaku. Aku sedang sibuk bersi-bersi pun terperanjat dan bergegas mendekati bosku."What happen, Mom?"

Ketika aku bertanya, wajahnya merah padam dan kebingungan. Melihatnya begitu, membuatku bertanya-bertanya apa sebabnya ia begitu marah dan sangat gelisa.
"Paspormu mana?"
Pertanyaan yang aneh, aku pun sedikit bingung dan mencoba tenang untuk menjawab kata-katanya.
"Aku tidak memegang paspor, Mom ...."
"Hah ...."
Kata "Hah" membuatku tambah kebingungan, dan hanya memberi senyum seadanya saja.
"Kamu tahu nggak, kalau petugas imigrasi menanyakan paspormu ...."
"Lho, aku tidak tahu, Mom. Aku tidak memegangnya, Mom ...."

Bosku tambah bingung dengan jawabanku, ia semakin menjadi dengan ucapanku. Dia terus mengintrograsi, dan aku pun sekali lagi menjelaskan padanya. Bahwa tentang paspor atau perihal semacamnya, aku tak tahu menau.
"Sekarang kamu tidak perlu bersiin jendela itu, segera ganti baju dan berangkat ke Wan chai."

Aku pun masih bingung, namun segera kutelepon ejenku dan bertanya padanya sebenarnya apa yang terjadi pada pasporku.

Belum saja aku bicara, bosku langsung menyela dan meminta ponselku ia pun berbicara dengan ejenku. Kubiarkan dia berbicara sampai ngotot, bahwa ada yang salah dengan pasporku.

Setelah mereka berbicara dan akhirnya bosku memintaku segera pergi ke imigrasi untul menjelaskan tentang apa yang terjadi, aku pun meninggalkan semua pekerjaanku dan segera berangkat menuju Wan chai.

Di tengah perjalanan aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa ejenku lalai dengan masalah ini, sedangkan penerbanganku besok. Ada rasa sedikit takut, dan gelisah. Padahal di rumah bos, aku biasa saja. Bahkan senyum-senyum seakan tidak ada masalah apa pun.

Aku sudah sampai sebelum jam yang ditentukan, tapi tak kulihat batang hidung ejenku. Kucoba mengirim pesan singkat lewat whatsapp, namun tak ada balasan darinya. Antrian di depan sangat panjang dan kursi pun penuh dengan mbak-mbak yang ingin renew kontrak atau ganti majikan.

Mataku masih mencari keberadaan ejen, padahal bosku bilang imigrasi itu meminta sebelum jam empat sudah harus ada di Wan chai, tapi aku tak melihat kokoh ejenku.

Jam menunjukkan pukul tiga, masih saja aku tak melihat lelaki muda itu. Aku jadi was-was, karena ini adalah pertama kali kupulang, sebelumnya sampai tujuh tahun aku belum pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline