Lihat ke Halaman Asli

Nenk Mawar

Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Cerpen: Lelaki Hitam di Balik Jendela

Diperbarui: 13 Juni 2020   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hipwee.com

Oleh: Rosidah binti Musa

Kakiku terus berjalan, aku tak bisa lari sebab tengah mendorong kereta bayi. Jantungku berdetak begitu cepat, lelaki itu masih mengikutiku. Tuhan, sungguh aku sangat takut. Apa yang dia mau dariku. Semenjak minggu lalu dia selalu memataiku, namun aku tak menghiraukannya. Pura-pura tidak tahu ada keberadaannya.


Tak sadar sampai juga di bawah apartemen bosku, aku bekerja di Singapura daerah Jurong West. Namun baru kali ini diikuti oleh orang Banglades. Semua orang tahu mereka suka sekali dengan orang Indonesia, entah karena apa. Aku pun tak begitu paham.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang di bus stop ada rasa legah tersendiri. Bagaimana tidak, sudah tak terlihat lelaki itu mengikutiku lagi.

Untunglah anak yanh aku jaga, dia tertidur dalam kereta bayi. Aku menjaga tiga anak. Yang di mana dua anak banyak aktifitas di luar rumah, jadi mau tak mau aku harus mengantarnya sambil membawa anak yang paling kecil.

Tiba-tiba aku tersentak melihat lelaki itu sudah berdiri di jembatan menuju apartemen bosku, matanya tajam menatapku. Aku masih ingat pesan dari temanku.

"Jangan sedikit pun kamu menatap balik, sebab dia akan mengira kamu suka dengannya ...." seperti itu pesannya.

Ada rasa takut dan geram, mungkin dia kira aku ini seperti mbak-mbak Indonesia lainnya yang mau diajak kencan. Aku tak semurah itu, sungguh membuatku muak sekali dengan tingkah orang Banglades ini.

"Hai sayang ...." katanya memanggilku.

Aku tak begitu menggubris panggilannya, terus berjalan meskipun sedikit takut. Namun nasib baik masih berpihak denganku, ada orang China yang sama-sama ingin naik lift. Hatiku sedikit tenang, di Singapura apartemen tak sama seperti di Hong kong. Meskipun apartemen untuk masyarakat menengah masih ada satpam penjaga untuk masuk ke dalam. Di Singapura tidak ada satpan, atau pun pintu masuk yang menggunakan kode. Jadi pencuri atau apa pun masih bisa berkeliaran di apartemen.

Beda pula jika yang tinggal di kondomonium, di sana ada satpam dan yang pasti pintu masuk menggunakan kode atau kartu otomatis. Inilah yang membuatku takut, namun tidak dengan bosku. Mungkin karena aku belum terbiasa di negera singa ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline