Lihat ke Halaman Asli

Nenk Mawar

Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Dia Suamiku, Itu Dulu

Diperbarui: 12 Juni 2020   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

drabdulrehman77 on Pinterest

Oleh: Rosidah binti Musa

"Aku ada diseberang jalan, ini sangat menyakitkan dan aku tahu dia telah menyakitiku. Tapi aku percaya pada diriku sendiri, untuk menampikkan perasaan buruk ini. Tapi ini terlalu bodoh, dia telah membuatku gila seperti semuanya itu adalah kesalahanku dan sekarang aku menanggung rasa sakit darimu ...."


****

Too hurt, tak pernah terbayangkan sebelumnya yang dia tahu adalah, ia lelaki penyayang dan lelaki sejati menemani hidupnya. Tapi itu semua terlalu manis seperti cerita di negeri dongeng yang selalu berakhir dengan happy ending, ini adalah dunia nyata dan tak akan pernah sama dengan negeri hayalan. Dipikiran hanya satu, setia dan terus mencoba setia sampai ia akan merasa lelah atau tak ada rasa lelah pun. Hatinya penuh luka tapi ia mencoba menambal lukanya dengan senyuman ikhlas, meskipun dia terkadang tidak kuat menanggung semuanya.

"Jangan lupa pulang untuk makan malam, Mas," lirih Nissa membantu memasangkan dasi pada suaminya.

"Sepertinya aku tidak bisa sayang, ada rapat di kantor. Kau makan saja, tak perlu menungguku. Ok?"

Nissa hanya tersenyum tipis menunduk, agar Reza tak melihat mendung diwajahnya. Dia terdiam setelah mengantar suaminya diujung gerbang istana kecil yang dibangun dengan jeri payah mereka berdua, Tuhan belum menganugrahkan malaikat kecil di tengah-tengah mereka. Bukan karena mereka ada masalah yang membuat tak bisa mempunyai keturunan, tapi mungkin jarangnya mereka bersama-sama. Melihat Reza yang selalu sibuk di kantor dan teman bisnisnya sedangkan Nissa hanya seorang wanita yang biasa saja, ia hanyalah penulis blog dan disgner gamis muslimah.

Dia mencoba menyibukkan dengan segala pekerjaan yang membuatnya lupa akan kejadian minggu lalu, Nissa tak ingin terpancing pikiran yang negatif terhadap suaminya, mencoba menjadi pribada yang tidak tahu apa-apa dan menyimpan semuanya sendiri.

Lamunannya tembus menerawang setiap kenangan ketika ia berjumpa dengan lelaki itu, kadang tersenyum dan kadang ia hanya terdiam membisu. Tak terasa buliran air jernih berjatu perlahan membasahi setiap sudut diwajahnya, Nissa baru paham ternyata dia tidak bisa melupakan apa yang sudah dia lihat kemarin.

"Aku tahu ini terlalu menyakitkan, tapi aku harus bisa menahan ini semua," lirihnya menutup pintu gerbang.

Andai saja Nissa wanita yang egois, mungkin ia sudah meminta suaminya untuk menceraikan dirinya. Namun dia tidak mau melakukan hal seperti itu, karena yang ada akan membuat sebelah pihak tersakiti termasuk ibunya jika ia mengetahui apa yang terjadi pada anaknya. Maka dari itu Nissa membungkam dirinya sendiri dan membiarkan belati tajam mencabik-cabik perasaan dan hatinya, entah berapa banyak stok kesabaran yang dia simpan dalam jati dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline