Sejak A Bari bersahabat dengan A Parjo, tetangga baru di rumah kontrakan Pak Ustaz, selalu ada saja keonaran.
Aneh sekali!
Padahal A Bari adalah kakak yang baik, yang selalu membantu Ibu di rumah. Tetapi kini tak lagi!
Hanya main, dan main saja kerjaannya, dan berbuat kenakalan. Bahkan Pak Tarja, gurunya, juga ditimpuk pakai batu oleh A Bari dan A Parjo, saat pulang sekolah. Pak Jamal pun pernah jadi sasarannya. Akibatnya, mereka distrap di sekolah.
Duh, memalukan! Padahal kami adalah keluarga Pak Guru, Ayah kami alm adalah seorang guru.
Tetapi, berita buruknya, A Bari sekarang sering berkelahi dengan A Parjo itu.
Wah, kok, bisa?
Pasalnya, A Parjo memanggil A Bari dengan seburan si Arang, karena kulit A Bari memang hitam. A Bari membalasnya dengan sebutan kowek, karena A Parjo dan keluarganya suka berkata-kata keras dan kasar. Terus terang, aku tak suka sama mereka!
Menurut Teh Dini, keduanya pun berkelahi dengan sengit.
"Tadi A Bari disetrap lagi oleh Pak Tarja!" Teh Dini bercerita dengan suara pelan. Dengan takut-takut, dia melihat kiri kanan, takut perkataannya terdengar Ibu. Beliau pasti sedih, bila mendengar A Bari dihukum di sekolah.
Aku terkejut bukan main.