Lihat ke Halaman Asli

Neni Hendriati

Guru SDN 4 Sukamanah

Mengapa Kaudorong Pikulan Si Mang? (Part 2)

Diperbarui: 13 Maret 2023   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kapasnya juga, Teh?" si Mang penjual kembali bertanya.

"Iya, sekilo juga!" Ibu memilih pisang berwarna kuning yang bentuknya lebih panjang dari pisang nangka tadi.

Loh, ini kapas? Duh pisang kapas, ya? Kapas, kan, yang berwarna putih? Aku terheran-heran. Pertanyaan berputar-putar di benakku. Aku merasa aneh dengan nama-nama pisang.

"Ayo, kita beli sayuran!" Ibu menggamit lenganku.

"Iya, Bu!" aku menjejeri langkahnya.

Makin ke dalam, pasar makin sesak. Orang-orang hilir mudik, berbaur antara para penjual asongan dan pembeli. Kami berjalan di sela-sela kepadatan.

Tiba-tiba kulihat di depanku seorang penjual peuyeum dengan pikulannya yang besar.

Aduh, pikulannya pasti menabrakku! Pikirku.

Ketika sudah begitu dekat, secara refleks, kudorong pikulan bagian depannya agar tak menabrakku. Si Mang yang tak menyangka akan kudorong, lantas terhuyung, dan hampir terjerembab.

"Aduh!" serunya.

Pikulannya terbanting ke tanah. Untunglah, tak tumpah!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline