Lihat ke Halaman Asli

Neni Hendriati

Guru SDN 4 Sukamanah

Meditasi ala Pak Rafael

Diperbarui: 3 Oktober 2022   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada hal tak biasa saat narasumber, Pak Rafael Simon, M.Pd., memulai kelas daring Pembekalan Pengajar Praktik, pada hari Selasa, 26 Juli 2022 .

Dari nama dan daerah asal Pak Simon, yaitu Nusa Tenggara Timur, saya sudah berasumsi beliau adalah orang yang tegas dan maaf, berbeda keyakinan dengan saya. 

Ketika kelas virtual dimulai, tampilannya, sungguh berbeda dari yang dibayangkan. Beliau berpeci, kata-katanya sangat lembut dan menyentuh. Ternyata dia penganut agama Islam yang taat. Duh, terus terang, saya malu terhadap diri sendiri!

Pak Simon, mengucapkan salam dan  mempersilakan salah satu dari kami untuk memimpin do'a. Selesai berdo'a, mulailah Pak Simon, meminta kami untuk merenung, memikirkan apa yang sudah kami lakukan, mengajak kami bersyukur.

"Bapak Ibu, saya mohon kita semua menundukkan kepala, dan merenungkan perjalanan kita. Perjalanan yang baik, buruk, susah, maupun senang. Kita mesti bersyukur dengan yang apa telah kita raih. ucapkan terima kasih kepada orang tua, suami, anak, orang-orang yang dekat dengan kita, yang sabar menghadapi perilaku buruk kita, bahkan tetap mensupport kita, agar kita tetap bisa eksis dan bahagia."

"Apabila ada bagian tubuh Bapak Ibu yang terasa sakit, peganglah, dan ucapkan, bahwa ia akan baik-baik saja. Mari kita do'akan orang-orang yang telah berjasa kepada kita, agar mereka senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan. Bagi yang sudah meninggal, kita do'akan, agar mereka mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Saya akan putarkan musik selama 15 menit, menemani saat merenung Bapak Ibu," Pak Simon mengakhiri kata-katanya dan musik pun sayup-sayup mengalun.

Entahlah, hati merasa sangat teriris, teringat akan dosa dan salah, betapa selama ini saya tidak pandai bersyukur dengan semua yang telah didapat. Air mata berderai, terasa kecil dan naifnya diri.

Saat waktu berakhir, musik pun terhenti, Pak Simon memberikan kesempatan kepada kami, satu persatu, mengungkapkan perasaan setelah kegiatan meditasi tadi.

Keharuan begitu menyelimuti kelas virtual kami. Tangis pun pecah, saat kami mengemukakan apa yang kami rasakan setelah kegiatan renungan tadi. Semua berterima kasih kepada Pak Simon, yang telah membuka kesadaran diri, untuk tetap bersyukur dalam menjalani hidup, menjadi manusia baru yang lebih baik. 

Semoga




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline