Lihat ke Halaman Asli

Winarsih

makhluk

Aku dan Dia

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rasanya memang tak perlu sebuah alasan kenapa kita harus jatuh cinta, dan apa yang membuat kita jatuh cinta. Yang jelas semua orang berhak untuk jatuh cinta, entah itu terungkap atau jadi sebuah rahasia, entah itu hanya di dalam hati atau tlah terucapkan oleh lisan. Seperti halnya dengan kau dan aku, aku jatuh cinta padamu tapi kau tak perlu tahu.
Apa aku salah ketika aku harus menyembunyikan semua perasaanku kepadamu? Rasa ini sudah ada sejak kita bersahabat dahulu, saat aku pertama mengenalmu, ketika kita berada di satu organisasi sekolah, saat kamu jadi ketua osis dan aku wakilnya. Dan itulah saat aku pertama kali jatuh cinta, sampai sekarang pun perasaanku masih sama. Rasa ini berawal darimu dan ku rasa akan berakhir di kamu. Tapi, sampai saat ini aku masih jadi pecundang yang selalu kehilangan kata-kata saat berada di sampingmu, saat aku harus menatap wajahmu, saat kita berada di jarak yang dekat, saat aku mencium aroma parfum favoritmu, dan saat aku mendengar suaramu. Semua itu sudah cukup membuatku kehilangan nyali untuk berbincang denganmu walau beberapa detik. Mungkin kamu menganggapku aneh, apalagi saat aku tak pernah berani menatapmu ketika kita sedang berbincang. Tapi inilah aku, entah sampai kapan perasaan aneh ini menghilang. Oh jatuh cinta, kenapa kamu membuatku jadi semakin aneh seperti ini?
Sesaat aku menatap mega yang berwarna putih biru dari balik pohon cemara di samping lapangan sekolah. Terik mentari sepertinya mulai menyengat kulitku yang kini berubah menjadi semakin kecoklatan. Kebetulan hari ini team voliku masuk final dan aku ikut serta dalam pertandingan voli antar kelas yang di adakan osis sehubungan dies natalies sekolah. Bukan jadi hal yang baru jika aku selalu mengikuti pertandingan ini. Dari dulu aku memang sangat menyukai olahraga voli. Tim voli kami juga sering mewakili sekolah untuk bertanding, baik tingkat nasional mau pun pertandingan persahabatan antar sekolah.
” Prima, semangat ya?!!! ” Suara laki-laki terdengar dari balik riuhnya suara teman-teman sekelasku. Sepertinya akhir-akhir ini Angga mulai perhatian padaku, pikirku.
Aku pun menoleh, dan melemparkan senyum termanisku.
” Entah aku harus bersikap seperti apa, tapi sebaiknya dia tak hadir di saat-saat terpentingku ini!! ” Aku bergumam.
Pertandingan pun dimulai, tapi berkali-kali aku menyia-nyiakan begitu saja umpan manis yang teman-temanku berikan padaku. Percaya atau tidak, tapi ini semua gara-gara ucapannya itu. Membuatku semakin grogi dan kehilangan konsentrasiku sejak awal pertandingan.
” Maafin gua, terpaksa pertandingan kali ini harus terkalahkan di final gara-gara kecerobohan gue. ” Aku menundukan kepalaku seraya menyesal dihadapan teman-teman team. Keringat dingin yang membanjiri tubuhku akibat efek salah tingkah tadi ternyata tak begitu menyenangkan dan membuatku sedikit pusing. Mungkin saat ini aku terlalu berlebihan?
” Udah deh Prima, nggak usah lebay gitu. Lagian bukan salah loe juga. ” Temanku Maya menepuk pundakku.
” Biar kita kasih giliran team lain buat menang, lagian masa tiap kali team kita yang menang terus?! Haha ” Temanku Dian terkekeh di ikuti teman-teman yang lain.
Aku tersenyum dan merangkul mereka biar pun keringat membanjiri tubuh kami, tapi bau badan sepertinya terlupa sejenak. Hingga pada akhirnya seorang laki-laki menghampiri kami, ternyata Angga. Jatungku tiba-tiba berdegup, ku tutupi rasa grogiku.
Angga membawa sebotol air mineral dan memberikannya pada Maya.
Dalam hatiku bergumam,” kenapa yang di kasih cuman Maya? ”
Ku perhatikan tingkah mereka berdua seperti orang pacaran.
” Ah, tapi tak mungkin!! ” Aku mencoba meyakinkan diri.
Beberapa jam berlalu dan bel tanda pulang berbunyi. Seperti biasa, aku menunggu mobil jemputanku datang. Kebetulan hari ini ayahku yang menjemputku karena sudah seminggu ini sopirku Pak joko sedang pulang kampung. Hari ini ayahku pulang kantor lebih awal karena besok hari minggu. Dan semalam aku merayu ayahku untuk menemaniku sejenak mencari sebuah kado untuk temanku yang kebetulan akan berulang tahun, temanku yang aku maksud Angga, cinta pertamaku. Kebetulan aku di rumah hanya tinggal bersama ayah, karena ibuku telah di panggil Yang Maha Kuasa setelah melahirkanku. Aku sama sekali tak pernah melihat langsung wajah ibuku, aku pun tak pernah tahu bagaimana kasih seorang ibu. Terkadang aku iri dengan teman-temanku yang masih punya ibu di samping mereka. Tapi, aku tahu kalau ibuku saat ini sedang memperhatikanku.
” Ibu, apa kau tahu kalau aku kangen? Sama halnya ayah yang kangen sama ibu. ” Mataku sedikit berkaca.
Suara klakson mobil membuyarkan lamunku. Ternyata mobil ayahku tlah menunggu. Ku buka pintu mobil dan duduk membelakangi ayahku.
” Ayah bikin kaget, pake acara klakson segala. Untung jantung Prima gag loncat?! Ku manyunkan bibir mungilku.
Ayahku tertawa, ” Hahaha , lagian tadi kenapa pake acara ngelamun segala? Hayo, ngelamunin siapa? ”
Aku tersenyum, ” Ayah sotoy ihh ”
Seperti biasanya, sepanjang perjalanan tak ada habisnya aku bercerita ke ayahku dari A sampai Z entah itu masalah di sekolah atau pun yang lainnya yang jelas aku bahagia punya ayah seperti ayahku dia mampu jadi siapa saja, ayah, ibu, kakak, teman bahkan pacar. Aku juga sangat menyayangi ayahku sebagaimana ayah yang selalu menyayangiku dan ibuku. Kenapa aku juga menyebut ibuku? Karena aku tahu, sampai saat ini tak ada yang mampu menggantikan sosok ibu di hati ayahku. Itulah mengapa sampai saat ini ayahku tak berniat untuk menikah lagi.
Akhirnya tak terasa, sampai juga kami di sebuah mall di Bandung kota. Setelah memarkir mobil, aku dan ayah sepakat untuk mencari makan terlebih dahulu, kebetulan aku sudah sangat lapar setelah pertandingan tadi. Seporsi spageti dan orange juice telah terhidang di hadapanku menunggu mulut mungilku untuk melahapnya habis. Ayahku tersenyum memandang anaknya yang nampak dengan lahapnya makan.
” Ayah lebay lihatinnya. ” Ku manyunkan bibir mungilku.
Ayahku tertawa dan menyodorkan beberapa helai tisu padaku.
” Nggak lebay ko sayang, lagian kamu makan pake acara belepotan gitu. Hahaha.. ” Ayahku terkekeh.
” habisnya laper sih.” Pipiku berubah merona.
Tak beberapa menit seporsi spageti dan orange juice tersikat habis tak tersisa. Tapi, ayahku juga masih memesan ice cream coklat stoberi kesukaanku, sepertinya perutku hari ini terisi terlalu banyak muatan.
Setelah kenyang dan istirahat beberapa menit, kami pun berkeliling hendak mencari kado untuk temanku.
” Emang kamu mau nyari kado buat siapa sayang? ” Ayahku menghentikan langkahnya dan kini ayah menundukkan badan setinggi tinggi badanku. Ayahku nampak tersenyum dan menatapku.
” Buat temanku tapi cowok sih. Ayah, kalau cowok itu sukanya apa?! ” Ku tatap muka ayahku.
Dia nampak mengernyitkan dahinya. ” Loh, kok cowok? Emang anak ayah udah pacaran? Kok nggak bilang ke ayah? ”
” Ayah ngaco!!??? Emang semua temen Prima cewek? Kan cowok-cowok di kelas Prima juga banyak.” Pipiku jadi sedikit merona.
” Hahaha, iya iya ayah lupa. ” Lagi-lagi ayahku terkekeh.
Hampir satu jam kami berputar-putar seisi mall, naik turun eskalator tapi belum juga terpikirkan apa yang hendak kami beli. Tapi tiba-tiba aku teringat akan sesuatu, Angga kan suka pake topi. Akhirnya aku dan ayah sepakat mencari sebuah topi. Setelah beberapa jam memilih akhirnya terpilihlah sebuah topi model Army berwarna hitam. Aku pun membelinya dan ayah membayarkannya untukku. Tak terasa waktu sudah sore, dan kami pun bergegas pulang.
Malam harinya, aku berniat menyiapkan dan membungkus kado spesial yang akan ku berikan pada cinta pertamaku, Angga. Ku coba merangkai beberapa kata untuk ucapan ulang tahunnya di selembar kartu ucapan yang berwarna merah. Biar pun ultahnya hari senin, tapi apa salahnya kalau aku siapin lebih awal. Tiba-tiba terlintas sesuatu yang sebenarnya mengganjal di hati dan pikiranku dari tadi siang. Masih menjadi sebuah tanda tanya besar bentuk perhatian Angga sama temanku Maya tadi selepas pertandingan.
” Apa maksudnya Angga pake kasih air mineral ke Maya? Dan kenapa juga yang di kasih cuma Maya? ” Aku bergumam dan mukaku sedikit cemberut.
” Mungkin tak ada apa-apa, setahuku Maya kan sukanya sama Bagus teman SD ku. ” Kembali ku yakinkan hatiku.
Beberapa kata-kata yang coba aku tulis ternyata belum begitu memuaskan. Sekarang kamarku penuh dengan sobekan kertas yang berserakan. Hingga pada akhirnya aku mampu menuliskan beberapa kata yang sedikit puitis. Aku tersenyum menatap tulisanku sendiri, pertanda puas.
Akhirnya kado pun terbungkus rapi setelah beberapa jam berjuang.
Mataku nampak sayu, empuknya nilam telah menungguku. Segera ku hempaskan tubuhku, ku matikan lampu kamar dan keadaan pun kini gelap. Aku terbayang dengan wajah Angga yang bermata sipit dan berkulit putih layaknya personil Super Junior favoritku. Mataku pun jadi tak bisa terpejam karena memikirkannya. Entah ini hanya cinta monyet seperti orang-orang katakan karena usiaku atau bukan. Tapi yang jelas ini adalah jatuh cinta, menyenangkan tapi sedikit aneh pikirku.
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, ternyata ayahku. Dia nampak memperhatikan keadaan kamarku yang penuh dengan sobekan kertas. Dia sepertinya memungut selembar kertas yang sudah aku remas. Aku sedikit was-was dan malu. Dan ayahku mendekati ranjangku, Aku pun pura-pura memejamkan mata. Dia mengelus lembut rambutku dan mencium keningku.
” Ternyata bidadariku sudah mulai jatuh cinta, selamat tidur sayang. ”
Aku sedikit bingung dengan kata-kata ayah, kenapa dia tahu?
Ayahku pun beranjak dan keluar dari kamarku.
Ku buka kembali mataku, sedikit memikirkan kata-kata ayahku tadi.
” Ayahku hebat banget ko bisa tahu kalo aku lagi jatuh cinta?? ” Ku miringkan posisi tidurku sambil tersenyum kecil.
” Hoaaamm.. ” ku peluk tedy bear yang berada disampingku lalu mataku pun terpejam.
Hari esok telah datang, cerewetnya ayam jago pagi ini mengusik tidur pulasku. Ku tarik selimut hangat ku sehingga menutupi seluruh tubuh dan kepalaku karena cahaya mentari juga mulai mengintip dari celah-celah tirai kamarku. Tapi kini aku mulai kesulitan bernapas membuatku tak begitu nyaman dengan posisi tidur ini dan aku pun menyerah. Ku hempaskan selimut hangat yang menutupi tubuh mungilku. Ku berjalan menghampiri sebuah cermin besar di depanku. Ku perhatikan keadaanku saat baru bangun tidur. Bibir mungilku menyunggingkan senyum. Kebetulan ini hari minggu. Pagi ini aku dan ayah akan sarapan di luar sambil joging di sekitar gasibu. Aku juga sudah menelepon teman-temanku untuk berkumpul disana.
” Ayah, ayok buruan. Teman-teman prima udah pada kumpul di sana. ” ku tarik tangan ayah menuju garasi.
Kali ini, kami tak membawa mobil, tapi membawa sepeda masing-masing. Kebetulan jarak rumah tak jauh dari gasibu. Beberapa menit bersepeda, kami pun sampai. Ternyata teman-temanku tlah menunggu di kedai bubur ayam langganan kami. Suasana nampak begitu ramai, di tambah-tambah ada aku dan teman-temanku. Coba ada Angga juga, pasti lebih seru pikirku. Hampir seharian kami bermain-main di sekitar gasibu dan akhirnya karena hari sudah siang kami berniat pulang ke rumah masing-masing. Lambaian teman-teman pun mengiringi kayuhan sepedaku meninggalkan mereka.
Semburat mentari di ujung barat pertanda malam kan segera datang. Ayah pun segera memanaskan mobilnya, kali ini kami akan makan malam di luar bersama paman dan bibiku. Kebetulan sudah lama kami tak berkumpul sejak kepindahan kami ke sini. Kami menikmati dinner di sebuah restauran daerah dago. Aku sangat senang saat-saat aku berkumpul bersama orang-orang yang aku cintai. Seandainya ibu juga ada di sini, pasti aku bertambah senang lagi.
Beberapa jam berlalu, akhirnya selesai juga acara dinner kali ini. Paman dan bibi pulang mengendarai mobil milik mereka, diikuti aku dan juga ayahku.
Hari ini badanku nampak sediki letih, dan ayah pun menyuruhku untuk segera tidur. Karena kebetulan sudah jam 9 malam. Aku pun bergegas meniti satu persatu anak tangga menuju kamarku di lantai tiga. Kubuka pintu kamarku, lalu kunyalakan lampu kamar. Kala itu ada sesuatu yang membuatku spontan tersenyum, kado untuk Angga. Tengah malam nanti, kebetulan aku berniat meneleponnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi entahlah, sepertinya untuk berucap satu kata pun aku tak sanggup saat baru mendengar suaranya. Seperti yang sudah aku duga, malam ini aku takkan bisa tidur. Waktu hampir jam 12 malam, aku pun memberanikan diri untuk menghubungi telepon genggamnya tapi selalu saja tak bisa. Mungkin dia sedang di telepon oleh teman-temannya. Akhirnya aku hanya bisa mengiriminya sebuah pesan singkat : Angga, selamat ulang tahun ya.
Satu jam berlalu, tapi pesanku nampaknya tak di balas olehnya. Aku pun tak sadar tertidur lelap.
Mentari kini kembali membuka mata. Pagi pun datang. Kali ini aku tak malas untuk bangun karena akan ada hari spesial untuk dia. Aku pun buru-buru mandi dan bergegas berangkat sekolah. Kebetulan pagi ini, pak Joko tlah kembali lagi ke rumah kami dan aku pun memintanya untuk mengantarkanku ke sekolah lebih awal. Roti sarapan untukku pun aku bawa untuk di makan di dalam mobil.
” Ayah, aku berangkat duluan ya? ” teriakku dari depan rumah.
Ku rasa ayah mendengarnya, kebetulan aku tak melihat keberadaan ayah.
Aku dan pak Joko pun segera berangkat menuju sekolahku. Sepanjang perjalanan pak Joko menceritakan tentang pernikahan anaknya yang kemarin di gelar. Sepertinya nampak menyenangkan, seandainya waktu itu aku sedang liburan mungkin aku akan ikut ke rumah pak Joko di kampungnya.
Akhirnya setelah perjalanan beberapa menit kami pun sampai. Pak joko menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah, aku pun turun dari mobil dan kali ini muatan dalam tas ku sepertinya nampak begitu banyak. Tapi bukan, ini hanya bingkisan kado untuk Angga. Aku cuma tak ingin teman-temanku yang lain tahu kalau aku akan memberikan Angga sebuah kado.
Keadaan sekolah masih sepi, hanya beberapa anak yang sudah berangkat. Aku pun berjalan menuju ruang kelasku di lantai dua. Ternyata beberapa teman sekelasku sudah datang lebih awal dariku.
” Prima tumben berangkatnya pagi banget, biasanya bel bunyi baru sampai. ” Ucap Dita teman sekelasku.
Aku pun hanya tersenyum.
Setelah beberapa menit akhirnya teman-teman kelas pun hampir seluruhnya telah hadir. Tiba-tiba mataku tertuju pada Maya, dia nampak membawa sebuah kotak kado berukuran cukup besar. Aku sedikit curiga, apa jangan-jangan dia akan memberikan kado juga sama Angga. Dan aku pun sedikit nguping perbincangan yang teman-temanku sedang bicarakan. Mereka bilang Maya suka sama Angga, aku pun jadi sedih mendengar itu. Sampai pada saat pulang sekolah, aku berniat memberikan kado yang sudah semalaman aku bungkus serapih mungkin untuk Angga. Saat aku akan menghampiri Angga, ternyata di sana sudah ada Maya. Maya nampak memberikan sebuah kado pada Angga. Dan, yang tak aku sangka sebelumnya. Angga ternyata memeluk Maya saat itu. Hati ku pun jadi hancur saat melihat itu, aku pun berlari secepat mungkin menuju toilet sekolah dan menangis sekencang-kencangnya. Aku tak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi tapi aku pikir Maya sudah merebut Angga dariku. Setelah puas menangis, aku pun berjalan menuju gerbang sekolah, aku pikir pak ,joko pasti sudah lama menungguku. Saat aku baru akan turun tangga seseorang memanggilku. Ternyata suara Angga, aku pun menghentikan langkahku.
” Makasih ya, Prima semalem yang sms selamat ultah buat Angga kan? ” Angga tersenyum.
Kali ini aku benar-benar bisa memandang wajahnya yang teduh. Aku pun tersenyum, hingga pada akhirnya Maya pun datang. Ternyata mereka memang pacaran, aku tahu dari gerak-gerik mereka. Aku pun langkahkan kaki menuruni tangga menuju gerbang sekolah. Aku tak marah jika Angga harus bersama temanku Maya, aku jugga tak sedih. Karena ini sudah keputusan Angga. Aku juga tak menyalahkannya, lagian aku kan juga tak pernah mengatakan perasaanku pada siapapun. Tapi mungkin suatu saat nanti, ketika kita telah dewasa aku juga Angga akan bertemu. Bukannya aku mendoakan Maya dan Angga segera putus tapi, maaf aku hanya mencintainya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline