Permaian latto-latto tengah naik daun. Hampir di mana-mana orang memainkannya. Hampir di mana-mana pedagang menjual mainan tersebut. Mainan yang membuat suasana tenang jadi berisik.
Saya menyebutnya latto-latto adalah permainan berisik. Memang benaran berisik dan bikin berisik. Tek tek tek. Tek tek tek. Tek tek tek.
Beberapa waktu lalu saya ke klinik dekat rumah untuk mengurus surat rujukan, eh bunyi tek tek tek itu juga terdengar. Dan, tidak ada yang protes. Mungkin karena memaklumi permainan ini tengah viral? Entahlah.
Saya ke warung, eh terdengar juga. Sampai di stasiun pun bunyi khas permainan latto-latto terdengar. Tapi saya lupa, apakah di dalam kereta terdengar juga tek tek tek? Kalau terdengar apakah akan ditegur petugas?
Ketika saya ke Kota Tua bersama anak-anak, tidak luput pula dari bunyi tek tek tek, tek tek tek. Anak saya minta dibelikan latto-latto. Saya beli satu seharga Rp15.000. Satu untuk semua...!
Saya belikan karena kawasan Kota Tua ruang terbuka. Jadi, seberisiknya bunyi latto-latto tidak akan mengganggu ketenangan orang-orang yang berkerumun dan berkumpul. Memangnya mereka peduli? Yang ada juga mereka terlihat tertawa bahagia bersama kawan-kawan.
Sejujurnya, saya tidak suka dengan permainan latto-latto ini. Meski waktu kecil saya sering memainkannya. Ada nilai positifnya juga sih sebenarnya. Salah satunya, dapat mengalihkan ketertarikan anak pada gadget. Selain itu, melatih konsentrasi karena bermain latto-latto, perlu berkonsentrasi dan fokus.
Tapi ya berisik saja sih. Jadi, saya ingatkan anak-anak, boleh main latto-latto tapi harus pada tempatnya dengan melihat situasi dan kondisi.
Itu sebabnya, saya melarang anak saya membawa permainan ini ke sekolah. Alasan utamanya, karena sekolah butuh ketenangan. Tidak boleh berisik karena bisa mengganggu konsentrasi.
Terbayang tidak jika anak-anak di satu sekolah yang jumlahnya ratusan itu membawa latto-latto lalu memainkannya? Satu latto-latto saja bisa menyebabkan efek berisik, bagaimana kalau banyak begitu?