Tadinya, saya berserta suami dan anak-anak berencana liburan akhir tahun 2022 mengelilingi pulau Sulawesi. Mengulang ekspedisi "Tour de Java" 2 tahun lalu yang mengeliling pulau Jawa selama dua pekan.
Pasti seru dan mengasyikkan. Seseru liburan akhir tahun lalu yang mengelilingi Geopark Ciletuh, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, setelah menghabiskan malam pergantian tahun baru di Hopeland Camp, di Cijeruk, Cipelang, Bogor, Jawa Barat.
Rencana ini saya sambut dengan penuh suka cita mengingat sudah lama juga saya tidak menjejakkan kaki di pulau Sulawesi. Terakhir itu, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Itu pun cuma sebentar dan hanya di Kota Makassar saja.
Saya ingin menyambangi tempat kelahiran saya, di Polewali, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Selatan (sekarang Sulawesi Barat). Itu sebabnya, nama belakang saya Polmasari. Singkatan dari Polewali Mamasa Republik Indonesia. Hahaha... Seorang nasionalis kan saya?
Suami juga ingin menyinggahi Bugis, tempat kelahiran orang tuanya dan kakak-kakaknya. Suami saya meski lahir di Surui, Papua, tapi darah Bugis mengalir di tubuhnya. Dan, kalau berbicara dengan saudara-saudaranya ya pakai bahasa Bugis.
Jadi, dengan mengelilingi Sulawesi, saya dan suami ingin mengajak anak-anak mengenal kampung halaman orang tuanya. Dari lahir sampai sekarang, hingga anak-anak beranjak remaja, mereka belum pernah sekalipun menjejakkan kaki di pulau Sulawesi.
"Kita mau mulai dari mana? Sulawesi Selatan atau Sulawesi Utara?" tanya suami.
"Mana aja, yang penting judulnya mengelilingi Sulawesi," kata saya.
Kalau mulainya dari Sulawesi Utara, boleh juga sih. Saya ingin menemui kawan pena saya yang pernah terjalin ketika saya SMA. Dia pernah mengunjungi saya ke rumah. Nah, saya ingin mengunjungi balik ke rumahnya di Bunaken.
Suami pun menyusun rencana. Karena kami membawa kendaraan untuk keliling Sulawesi, maka suami memutuskan akan menyeberang dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur. Tidak dari Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta Utara.