"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH) Masjid Al Ihsan Permata Depok, pada 6 November lalu, membahas kajian tafsir. Surah yang ditasirkan adalah surah At Tahrim. Kajian disampaikan oleh ustadz Ahmad Badrudin Lc, Mc. Berikut kajian yang diadakan secara hybrid.
Sebagai kepala keluarga dan juga imam keluarga, seorang suami tidak boleh egois, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia juga harus mementingkan keselamatan keluarganya, yang tidak lain isteri dan anak-anaknya, dari api neraka.
Meski ayat ini disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, bukan berarti perintah ini semata-mata dikhususkan kepada Nabi. Melainkan wajib dilaksanakan oleh seluruh umat Islam di muka bumi ini.
Dalam ayat di atas, Allah tidak memerintahkan untuk menjaga diri sendiri dari api neraka, tetapi juga keluarga untuk turut dijaga dari api neraka. Tidak boleh seseorang suami bersikap egois dengan hanya menjaga dirinya dari api neraka.
Melalui ayat ini Allah mengingatkan kita sebelum seseorang mencegah orang lain dari neraka jahanam, hendaknya dia mencegah istri dan anak-anaknya terlebih dahulu. Bisa jadi kemaksiatan terjadi di dalam rumah kita sendiri, atau bisa jadi tanpa disadari kita telah mengajarkan anak-anak kita kemungkaran.
Dengan ayat ini Allah mengingatkan sebelum seseorang mencegah orang lain dari neraka jahanam, maka perhatikanlah anak dan istri terlebih dahulu. Karena jangan sampai orang lain diselamatkan sementara istri dan anak-anaknya terjerumus ke dalam neraka Jahannam.
Kalau suami melupakan dirinya, belum melaksanakan perintah Allah, bagaimana dia bisa melindungi keluarganya? Allah memerintahkan diri kita dulu baru kemudian keluarga dan orang lain.
Bagaimana dengan suami yang mengingatkan isteri dan anak-anaknya beribadah, sementara dirinya tidak melakukan apa yang ia ingatkan. Misalnya, ia mengingatkan isteri dan anak-anaknya shalat tapi dia tidak shalat. Apakah suami tersebut termasuk munafik?
Suami seperti itu, kata ustadz, bukan suami yang munafik. Tetapi suami yang lalai. Ia hanya menjaga isteri dan anaknya, tetapi tidak menjaga dirinya. Ia lalai terhadap dirinya sendiri. Ia bukanlah suami yang baik.