Minggu 23 Oktober 2022, Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH) Masjid Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, mengupas kajian Sirah Nabawiyah yang mengangkat perjalanan/dakwah Nabi ke Thaif.
Kajian usai shalat subuh berjamaah ini disampaikan oleh Ustadz Idrus Abidin, Lc, MA. Berikut rangkuman kajian yang diadakan secara hybrid ini.
Setelah 10 tahun Rasulullah menjalankan dakwah di kalangan kaumnya sendiri di sekitar kota Makkah, namun hanya sebagian kecil saja yang mau memeluk agama Islam atau bersimpati kepadanya.
Selebihnya selalu berusaha dengan segala daya upaya untuk menganggu dan menghalangi beliau dan pengikut-pengikutnya. Karena itu, Nabi memutuskan untuk berdakwah di luar kota Mekkah.
Pertimbangan ini juga tidak lepas dari perlakuan kaum kafir Quraisy yang selalu merundung Nabi. Tiga bulan setelah wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib, Rasulullah SAW pun pergi ke kota Thaif.
Dengan harapan, Nabi akan mendapatkan dukungan dari kepala suku yang ada di Thaif. Sekaligus membawa misi dakwah agar kaum Thaif bersedia memeluk agama Islam.
Rasulullah berangkat ke Thaif diam-diam dengan berjalan kaki di bulan Syawal. Dalam perjalanan ini Rasulullah SAW tidak mengirim utusan. Nabi berjalan sendiri dengan ditemani Zaid bin Haritsah RA, anak angkat yang juga sahabat Nabi.
Ini pertama kalinya Rasulullah berdakwah di luar kota Makkah di awal masa kenabiannya. Jaraknya sekitar 90 kilometer dari Masjid Al Haram di Kota Makkah.
Setiap bertemu dengan kabilah dalam perjalanannya, Nabi selalu mengajak kepada Islam. Tapi, ajakan ini selalu mendapat penolakan.1
Di Thaif, Rasulullah menemui 3 bersaudara yang menjadi kepala suku penduduk Thaif -- Abdi Yalail, Mas'ud, Hubaib. Ketiganya adalah putra dari Amir bin Umair Ats-Tsaqafi. Beliau duduk-duduk bersama mereka sambil mengajak kepada Allah dan membela Islam. Namun, dakwah ini ditolak mentah-mentah.