Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Beri Apresiasi kepada Guru yang Mengajak Siswi Muslimah Pakai Jilbab, Bukan Sanksi

Diperbarui: 8 Agustus 2022   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: kompas.com

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta menonaktifkan kepala sekolah dan tiga orang guru SMA Negeri 1 Banguntapan, Bantul. Tindakan ini buntut dari kasus "pemaksaan" pemakaian jilbab yang dialami salah seorang siswi beragama Islam.

Apakah ini tidak terlalu berlebihan? Apakah pihak sekolah menganjurkan anak didiknya yang beragama Islam memakai jilbab, salah? Apakah pihak sekolah tidak boleh menyampaikan ajaran dan kewajiban perintah agama kepada anak didik yang sesuai dengan agamanya?

Saya sih heran saja, masa karena anak disuruh pakai jilbab dia bisa stress? Bisa depresi? Padahal, ini ajaran agamanya sendiri. Coba bayangkan jika anak itu "dipaksa" untuk menjalankan ibadah lain, apakah dia juga akan stres?

Lucu saja. Masa disuruh pakai jilbab seminggu sekali dan di pelajaran agama Islam, dia bisa stres? Pakai jilbab juga tidak selama 24 jam. Si anak sampai menangis 1 jam di kamar mandi.

Beda cerita kalau si anak beragama di luar Islam. Ini kan ajaran agamanya sendiri lho. Ajaran yang memang wajib bagi muslimah. Masa perintah dari Allah harus dipertentangkan? Kan di luar logika jadinya.

Jika penonaktifan kepala sekolah dan tiga guru diberlakukan apakah tidak menjadi kontraproduktif dengan tugas guru di sekolah?

Bagaimana jika sekolah menasihati untuk tidak meninggalkan shalat, yang setiap saat diingatkan, apakah itu menjadi pemaksaan? Atau, ketika anak ditegur kenapa tidak berpuasa Ramadhan, apakah itu juga pemaksaan? Masa iya pemaksaan?

Adanya sanksi itu, apakah tidak akan membuat sekolah berani lagi untuk menegur atau menasihati anak didiknya? Dinasihati sedikit tidak nyaman, stres, lalu depresi. Kemudian menjadi blow up lalu kena sanksi.

Pertanyaannya, dari ratusan siswa yang "dipaksa" pakai jilbab, mengapa hanya seorang yang merasa tidak nyaman dan stress? Kan menjadi pertanyaan buat saya. Mengapa "satu" menjadi penilaian? Kan bisa dijadikan patokan.

Kecuali yang stress lebih dari 10 siswi bolehlah jadi bahan pertimbangan. Ini kan tidak. Perbandingannya juga jadi tidak sebanding. Jomplang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline