Anak-anak muda ini tiba-tiba menjadi "orang kaya baru". Tidak butuh waktu lama mampu mengumpulkan pundi-pundi uang. Hidup mewah. Bergelimang harta. Rumah bak istana.
Mereka pun dijuluki "crazy rich". Orang-orang pun dibuat terkagum-kagum. Diundang sana sini untuk memberikan motivasi. Dianggap sosok inspiratif bagi kalangan muda.
Kehidupan mewahnya menyilaukan mata-mata yang memandangnya. Memamerkan kekayaan. Beli mobil mewah seperti beli kacang goreng di pinggir jalan. Dan, itu tidak hanya satu.
Sepatu mahal, jam tangan mahal, liburan mahal. Naik pesawat jet pribadi. Tidak lupa pamer di media sosial dengan jargon "wow, murah banget" yang begitu melekat.
"Ini sepatu harganya Rp600 juta. Wow murah banget! Jam tangan ini harganya Rp250 juta. Wow murah banget!"
Begitu kata salah satu di antara mereka. Senyumnya lantas mengembang. Tanpa ekspresi dosa dan rasa bersalah.
Sombong. Tidak saja kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan. Sang pemilik kehidupan. Termasuk jiwa-jiwa mereka, jiwa-jiwa kita.
"Kenapa? Karena ketika gue sombong, gue pamer ya, kan? Udah mau dibuat Tuhan aku miskin. Tiba-tiba baik aku, beramal, bersedekah, bantuin orang, nah bingung."
"Abis itu dikasihlah aku makin kaya, ya kan, ditambahlah rezeki itu. Sombong lagi aku, pamer lagi aku, dimiskinkan lagi aku, bersedekah lagi," sambungnya.
"Makanya Tuhan pun bingung mau ambil keputusan, nggak tahu mau diapain aku nih," tutupnya sambil tertawa.