Indonesia dalam bayang-bayang gelombang ketiga pandemi Covid-19. Alarm ini nyata adanya. Kondisi akan berimbas pada sistem kesehatan Indonesia. Ada tekanan yang luar biasa ketika memasuki puncaknya.
Begitu persoalan yang mengemuka dalam webinar "Perkembangan Terbaru Omicron: Indonesia Harus Berbuat Apa?", Jumat, 4 Februari 2022, malam.
Webinar yang dimoderatori Dr. Zaenal Abidin Ketua Umum PB IDI 2012-2015, ini diadakan oleh Majelis Pimpinan Pusat (MPP) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang 6 (Kesehatan, Perempuan, Anak, dan Pemuda),
Ketua Koordinasi bidang MPP ICMI, Prof Fachmi Idris, M.Kes, dalam pengantarnya menyampaikan, saat ini tingkat keterisian rumah sakit memang masih rendah.
Namun, harus diingat kataristik Omicron ini sangat mudah menular dibandingkan Delta. Itu terlihat dari angka peningkatan kasus harian yang sangat cepat.
"Varian Omicron itu menyebar cepat, maka kasusnya pun akan sangat banyak. Meski persentase yang terkena Covid membutuhkan rumah sakit kecil, akhirnya secara kuantitas juga tetap tinggi," kata mantan Direktur Utama PT. ASKES (Persero) ini.
Kalau sebelumnya di pertengahan Desember, kasus Omicron muncul karena imported cases. Artinya virus yang dibawa dari orang luar negeri atau pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Namun, setelah berlangsungnya waktu, sekarang sudah terjadi penularan di komunitas. Diduga penularan di komunitas sudah lebih dari 20 persen.
Makin banyak kasus kian banyak juga orang yang perlu dirawat, baik secara isoman mandiri di rumah maupun di berbagai rumah sakit.
"Dengan penyebaran yang cepat itu, dikhawatirkan penularan di tingkat komunitas tinggi. Akibatnya, banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal mereka," tegasnya.