Bingung saya ketika ada orang memperlakukan boneka arwah atau spirit doll sebagai bayi manusia. Terus, semakin ke sini, semakin banyak yang mengakui memiliki boneka arwah.
Mengasuhnya, mengajaknya bicara, memberinya makan, dan merawatnya dengan baik. Bahkan sampai menyewa babysitter untuk merawat boneka tersebut. Fenomena apa ini?
Buat apa coba? Apakah sudah kehilangan akal sehat? Sesuatu yang tidak lazim saja, menurut saya. Menghabiskan uang jutaan untuk membeli boneka lalu menyewa jasa babysitter dengan bayaran jutaan.
Kalau perempuan membeli boneka ya masih bisa dimaklumi, tetapi ini lelaki dewasa. Kalau dia merasa kesepian, kenapa tidak berkumpul dengan teman-temannya atau keluarganya?
Masa iya, tidak punya teman curhat? Saya perhatikan kok temannya banyak. Mudah bergaul. Relasinya banyak. Ada beberapa yang menjadi sahabatnya.
Ok, tidak ada teman curhat, kenapa tidak dilarikan saja kepada Allah. Curhat kepadaNya. Tumpahkan segala kegundahan hati padaNya. Lha ini kepada boneka. Tenang tidak, gelisah iya.
Ada juga yang sudah punya anak beberapa, masa masih kesepian juga? Kalau kesepian, mengapa tidak mengobrol dengan anak-anaknya saja? Selain mendapatkan feedback, juga merekatkan bonding antara ibu dan anak. Kan aneh.
Ya memang sih, uang-uangnya dia. Tapi kenapa tidak dialihkan kepada yang lebih bermanfaat? Semisal memelihara anak yatim atau menyantuni fakir miskin atau hal bermanfaat lainnya.
Ini sih pemikiran saya saja yang lahir dari rasa greget saya sebagai orang yang Alhamdulillah masih diberi akal sehat untuk berfikir.
Kebetulan, pada Jumat, 7 Januari 2022, saya mengikuti Kajian Muslimah Group AyoNgaji, secara virtual. Membahas Beramal di Sisa Usia.