Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Ketika Saya Terkena TBC

Diperbarui: 24 Maret 2021   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengidap TBC (sumber: shutterstock.com via health.kompas.com)

Awalnya, dalam persepsi saya, penyakit Tuberculosis atau TBC hanya diidap oleh mereka yang tinggal di pemukiman padat atau kumuh yang kondisi tempat tinggalnya lembab, kurang pencahayaan, tidak ada sirkulasi udara, dan seseorang yang kurang asupan gizi. Setidaknya begitu informasi yang saya dapat mengenai penyakit ini.

Tapi ternyata saya keliru, penyakit yang katanya mematikan ini juga menimpa saya tepatnya pada 7 atau 8 tahun lalu. Saya sampai shock banget mendapatkan fakta bahwa saya positif TBC. 

Saya mulai curiga ada yang salah dengan kesehatan saya ketika saya menimbang berat badan saya saat berkunjung ke rumah orangtua saya. 

Ketika saya menimbang, lha kok berat badan saya menurun drastis. Berat badan saya turun sampai 10 kg! Ada apa ini?

Di sisi lain, batuk saya juga tidak kunjung sembuh selama dua minggu meski saya sudah minum obat batuk. Tapi saya masih berkeyakinan saya tidak terkena TBC karena batuk saya tidak sampai mengeluarkan darah, seperti ciri orang terkena TBC yang saya pahami.

Saya juga tidak mengeluarkan keringat dingin di malam hari. Ya memang saya lemas karena bisa jadi saya yang selama batuk itu kurang nafsu makan. Ah, tidak mungkin saya TBC, begitu berulang kali saya menyakinkan diri.

Apalagi selama ini saya menerapkan gaya hidup sehat. Saya tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, tidak bergadang, cukup bergerak, makan makanan bergizi. Ditambah rumah yang saya huni cukup sehat, tidak lembab karena cukup cahaya, serta sirkulasi udara juga lancar.

Tapi karena batuknya kian menjadi dan itu sangat mengganggu aktivitas saya, yang sedikit-sedikit batuk, meski dengan menutup mulut pakai tisue yang cukup tebal, tetap saja mengganggu saya dan orang-orang di sekitar saya.

Fix, ini tidak bisa dibiarkan. Lalu saya memeriksakan diri ke dokter spesialis paru di RS Mitra Keluarga Depok. 

Saya pun diperiksa, mulai dari pemeriksaan fisik melalui stetoskop, cek laboratorium hingga rontgen. Dan, ternyata dari serangkaian pemeriksaan itu saya dinyatakan positif TBC. Apa? Saya TBC?

"Mengapa saya bisa kena TBC? Sementara saya berkeyakinan saya menerapkan gaya hidup sehat. Rumah saya juga bisa dikategorikan rumah sehat", tanya saya pada dokter berkerudung itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline