"Bunda, sarapan apa ya? Daddy lapar nih," kata suami ketika saya tengah asyik bermain Candy Crush di handphone saya. Sebelum beraktifitas untuk urusan pekerjaan, saya biasanya merilekskan diri dengan permainan itu.
Berhubung suami saya gusi dan pipinya agak bengkak karena gigi geraham belakangnya bolong, jadi saya menawarinya sarapan bubur. Sudah beberapa hari ini suami makannya yang lembut-lembut, yang tidak perlu banyak mengunyah.
"Sarapan bubur, mau nggak?" tanya saya. Saya tawarin bubur menjadi alternatif menu sarapan karena gampang saja dibuatnya. Simpel dan tidak butuh waktu lama. Bubur juga disukai anak-anak.
"Boleh deh bubur. Pakai rebon ya, Bun", jawabnya setelah berpikir sejenak. Rebon adalah udang kering yang kecil-kecil dan rasanya agak asin. Bagi orang Sunda, rebon tidaklah asing.
Menurut chef Tety yang tidak lain saya sendiri, bubur adalah menu sarapan terbaik di pagi hari. Berdasarkan literatur yang saya baca, bubur memiliki kemampuan untuk meningkatkan sirkulasi energi.
Setelah tubuh terbangun dari tidur, tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan organ dan sistem dalam tubuh. Karena itu, menyantap bubur yang hangat, dapat mendorong energi agar tubuh berkerja secara efisien.
Saya pun beranjak ke dapur. Menyiapkan bahan membuat bubur yang apa adanya. Yaitu sepiring nasi dan satu butir telur ayam. Rebon saya cuci terlebih dulu sebelum digoreng.
Sambil merebus nasi menjadi hancur, saya pun membuat bumbunya. Dua siung bawang merah, dua siung bawang putih, sedikit lada, 1 ruas jahe, saya saya haluskan pakai ulek. Setelah halus saya masukkan ke panci yang berisi rebusan nasi.
Adonan bubur saya aduk-aduk, lalu saya masukkan sebutir telur ayam, aduk-aduk hingga hancur merata. Saya kasih sedikit penyedap rasa. Setelah dicicipi dan rasanya terasa pas, kompor saya matikan.
Kemudian saya menggoreng rebon dengan sedikit minyak hingga agak kering. Tiriskan deh.