Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Dengan Teknologi Ini, Mengubah Air Kotor Menjadi Air Bersih

Diperbarui: 7 Maret 2021   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Dr. Ir. Rusnandi Garsadi MSc


Sudah pernah mendengar teknologi micro hydraulic water treatment atau teknologi pengolah air bersih/air minum? Ini adalah teknologi yang dapat mengubah limpahan air yang dianggap bencana dan tidak bermanfaat menjadi berguna bagi kehidupan.

Teknologi ini juga dapat membantu mengurangi genangan dan banjir. Dengan sentuhan teknologi ini, air banjir dapat menjadi air bersih yang dimanfaatkan sebagai cadangan air untuk keperluan warga pada saat musim kemarau.

Dengan teknologi ini, tidak hanya menjadi persediaan air bersih, namun sekaligus dapat mengurangi banjir bahkan secara perlahan akan menormalisasi air di dalam tanah. Dengan kata lain, teknologi ini bisa dipakai dalam berbagai kondisi.

Jadi, teknologi ini dapat membantu menyelesaikan masalah air yang dihadapi berbagai wilayah Indonesia, entah yang kebanjiran maupun yang kekeringan, untuk kehidupan yang lebih baik. 

Daripada menggunakan pipa beratus-ratus meter, bahkan berkilo-kilo meter, dengan teknologi ini tidak demikian. Bahkan yang ada bisa mengurangi biaya. Hebatnya, teknologi ini juga sudah dimanfaatkan di berbagai negara. 

Nah, penemu teknologi pengolah air bersih/air minum ini adalah para pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yaitu Dr. Ir. Rusnandi Garsadi M.Sc bersama Prof. Dr. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Suprihanto. N, Prof. Dr. Ir. Hang Tuah Salim, M.Oc.E (almarhum). 

Para pakar ini bernaung di PT LAPI Indowater Institut Teknologi Bandung (ITB) -- salah satu perusahaan ITB di bawah naungan BPUDL atau Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari ITB.

Dr. Ir. Rusnandi Garsadi MSc (dokumen pribadi)

"Teknologi ini sudah pernah diterapkan pertama kali paskakejadian Tsunami Aceh pada 2004, dan beberapa daerah lainnya seperti banjir Jakarta pada 2007 dan 2013, serta banjir di Kabupaten Bandung. Cuma memang belum semua daerah mau memanfaatkannya, karena dinilai teknologi kampungan mungkin dibanding teknologi luar," ungkap  Dr. Ir. Rusnandi Garsadi MSc.

Ia mengemukakan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam diskusi "Urgensi Air Bersih dalam Membangun Indonesia Sehat", Jumat (5/3/2021) yang saya ikuti. 

Dalam webinar yang dipandu oleh Hasanuddin, S.IP, M.AP., pengajar Universitas Bayangkara Jakarta Raya dan aktivis Literasi Sehat Indonesia (LiSan), juga menghadirkan Ir. Juni Thamrin, M.Sc., Ph.D. (Kepala LPPMP Universitas Bayangkara Jakarta Raya/Ahli Kebijakan dan Community Development).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline