Sudah telat ya? Tidak apa-apalah ya. Saya tetap ingin menumpahkan uneg-uneg saya. Kemarin saya agak sibuk soalnya.
Lucu juga ya hukum di negeri ini. Ada orang yang sudah meninggal dan dikubur dijadikan tersangka oleh Bareskrim Polri atau Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tanpa diperiksa lebih dahulu dan BAP, ujug-ujug ditetapkan sebagai tersangka. Karena prosesnya kan tersangka memiliki serangkaian hak untuk membela diri dan membantah tuduhan, mengajukan saksi yang meringankan, hak atas bantuan hukum, dan lainnya.
Masalahnya, apakah penetapan tersangka itu sah, jika para tersangka tidak pernah diperiksa sebagai saksi?
Yang jadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana menyidangkan orang yang meninggal ini? Apakah arwahnya dipanggil untuk dihadirkan dalam persidangan? Logikanya ke mana ya?
Dalam ketentuan hukum acara pidana dijelaskan, tersangka memiliki serangkaian hak untuk membela diri dan membantah tuduhan, mengajukan saksi yang meringankan, hak atas bantuan hukum dan lainnya.
Lantas, bagaimana tersangka bisa melakukan hal-hal terkait haknya ini jika telah meninggal dunia. Sepertinya baru kali ini saya menemukan keputusan yang "nyeleneh": orang meninggal kok jadi tersangka.
Sepengetahuan saya, orang yang sudah meninggal tidak bisa dilanjutkan perkaranya. Tidak bisa juga dinyatakan sebagai tersangka sebagaimana tertuang dalam Pasal 77 KUHP yang menyebutkan, "kewenangan menuntut pidana hapus, jika tertuduh meninggal dunia".
Memang peraturan hukumnya begitu, bukan? Kecuali, kalau kasusnya perdata, maka proses hukumnya bisa dilanjutkan ke pihak keluarga yang bersangkutan (tolong dikoreksi jika saya salah).
Jadi aneh saja saya, enam orang anggota laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas di kilometer 50 Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, dijadikan tersangka penyerangan terhadap anggota Polri pada 7 Desember 2020. Keenam orang tersebut dikenakan Pasal 170 KUHP tentang kekerasan terhadap orang lain.
Dan, para tersangka ini tewas saat kejadian. Peristiwa meninggalnya enam anggota FPI itu terjadi saat kepolisian dari Polda Metro Jaya melakukan operasi terhadap mantan pemimpin FPI Rizieq Shihab.