Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Saya Gagal Vaksinasi Covid-19, Ini Penyebabnya

Diperbarui: 27 Februari 2021   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Hari ini, Sabtu (27/2/2021), saya dijadwalkan vaksinasi Covid-19 pada pukul 08.00 - 10.00 di Hall Basket Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat.

Saya jelas semangat, terlebih setelah bertanya kepada dokter yang memeriksa saya saat kontrol pada Rabu (24/2/2021), dokter memperbolehkan penyintas kanker seperti saya untuk divaksinasi.

Sampailah saya di GBK, setelah naik ojek online dari Stasiun Palmerah. Saya pun diskrining. ID card saya diminta untuk dipakai. Petugas juga meminta saya untuk mencuci tangan, setelah itu cek suhu tubuh saya.

Karena suhu tubuh normal, kemudian saya dipersilakan masuk dan diminta untuk menunggu, hingga antrian sebelumnya usai. Di sini, puluhan kursi berjejer dengan berjarak 1 meter. Setelah antrian paling depan dipanggil, saya pun berpindah kursi mengisi kursi yang kosong.

Sebelum mendapat nomor antrian vaksin, data-data saya terlebih dahulu divalidasi, dengan menyerahkan KTP saya. Setelah nama saya dipastikan ada, baru saya diberikan nomor antrian di ruang sebelah. Saya mendapat nomor 613.

Lalu saya pindah ke ruang berikutnya. Di sini, saya dan yang lain baru melalui proses pendaftaran. Dalam satu ruangan pendaftaran saya perhatikan ada sekitar 30 meja untuk registrasi dengan 30 petugas. Mejanya pakai pembatas tembus pandang.

Di ruangan ini, oleh petugas yang berpakaian APD lengkap, KTP saya diminta untuk didata, kemudian saya diminta mengisi nama, tanggal lahir, NIK, alamat, dan nomor handphone yang bisa dihubungi.

Kemudian petugas memberikan kertas yang saya isi tadi berikut KTP. Petugas juga meminta saya untuk menempelkan stiker huruf B di bagian kanan yang terlihat. Lalu oleh petugas lain, saya diarahkan ke ruangan yang lain.

Dokumen pribadi

Di ruangan ini, saya diminta menunggu sesuai dengan stiker yang tertempel di jilbab saya. Lalu, saya pun dipanggil dan diarahkan duduk. Di sini, saya diskrining lagi.

Suhu tubuh saya kembali dicek, tekanan darah saya diukur dengan alat tensimeter full otomatis. Alatnya bukan melilitkan manset di lengan atas, mengukurnya juga tidak pakai stetoskop seperti biasanya.

Petugas medis meminta saya memasukkan lengan kanan saya ke lubang hingga ke pangkal lengan dengan posisi telapak tangan terbuka. Lalu, saya diminta untuk pencet tombol start, dan alat pun bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline