Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Worklife Balance Saya, Bekerja dengan Nyaman

Diperbarui: 31 Januari 2021   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Alhamdulillah...., selama 27 tahun menjalani profesi yang saya geluti, sejauh ini sih saya tidak merasa dibebani banyak tugas. Malah yang ada santai. Jadi, saya merasa antara bekerja dan kehidupan di luar kantor sudah cukup seimbang. Tidak ada masalah dengan worklife saya.

Itu sebabnya saya merasa nyaman. Karena nyaman itulah saya betah bekerja di kantor yang menaungi saya. Karena hal mendasar yang saya perhitungkan dalam bekerja, ya kenyamanan.

Gaji ok tapi kalau tidak nyaman? Gaji besar tapi terlalu banyak pekerjaan? Tuntutan dan tanggung jawab meningkat? Bukankah akan membuat stress? Terus terang, saya bukan tipe orang ngoyo. Yang harus bekerja, bekerja, dan bekerja. 

Bagaimana pun kenyamanan dalam bekerja akan mempengaruhi produktifitas kerja saya. Selama saya sudah menjalankan tugas saya sesuai penugasan, bagi kantor dan saya itu sudah cukup.

Itu sebabnya, saya tidak merasa stres atau tertekan karena beban pekerjaan. Yang ada saya malah enjoy. Terbukti sudah 27 tahun ini saya menjalani profesi saya. Dan, selama itu saya tidak merasa waktu istirahat saya terganggu.

Mungkin karena sudah lama bekerja, saya jadi punya posisi tawar yang cukup kuat. Beda ketika di awal-awal bekerja, disuruh kerjakan ini kerjakan itu, saya tidak punya kuasa untuk menolak.

Kalau saya menolak, bisa-bisa kinerja saya dinilai jelek, apalagi masih baru. Pernah saya pulang sampai larut malam. Jam 12 malam masih berkeliaran di jalan. Saya serasa berada di sarang penyamun.

Sepanjang perjalanan saya tidak putus-putus berdoa agar selamat sampai di rumah. Apalagi waktu itu naik kendaraan umum. Alhamdulillah, beberapa kali pulang tengah malam, sampai di rumah dengan selamat.

Setelah hitungan tahun, barulah saya mulai merasa "bebas". Ketika ada tugas yang diberikan kepada saya, saya bisa menolaknya, misalnya dengan jawaban bahwa itu bukan bagian dari job desk saya.

"Maaf, pak, saya bukannya tidak mau menjalankan tugas yang bapak berikan, tapi kalau untuk urusan ini, itu bagiannya Junaedi (sebut saja begitu). Saya tidak enak. Nanti disangkanya saya menyerobot job desknya," kata saya kepada pimpinan saya.

"Oh, begitu ya. Ya sudah, nanti saya hubungi Junaedi," katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline