Kegiatan Rembuk Pangan Indonesia 5.0 dengan tema Budaya Dapur sebagai Tradisi Nusantara, yang diadakan secara virtual, Kamis (28/1/2021), menarik juga menurut saya. Diskusi ini diadakan Foodbank of Indonesia (FOI) dalam rangka memperingati Hari Gizi 2021.
Sejumlah pakar hadir menjadi narasumber dalam diskusi yang membahas fungsi dapur tersebut. Ada Dekan Fakultas Tehnik Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., Dr. Ira Paramastri, M.Si (UGM), Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito (UGM), dan Dr. Ir. Suwardi, M.Agr (IPB).
Selain itu, Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD (IPB), Antropolog Universitas Indonesia (UI), Dr. Semiarto Aji Purwanto, dan wartawan Kompas Andreas Maryoto yang juga alumni FTP UGM.
Dalam diskusi itu mengungkap dapur yang belakangan ini fungsinya mulai berkembang. Jika sebelumnya dapur hanya berfungsi untuk tempat memasak, kini dapur juga bisa berfungsi sebagai "ruang kerja". Setidaknya, pemandangan ini mulai banyak terlihat sejak pandemi Covid-19 mewabah.
Ya, sejak Covid-19 mewabah dan semakin menunjukkan taringnya, sejak itu pula orang-orang bekerja dari rumah atau work from home (wfh). Mengerjakan segala pekerjaan kantor di rumah. Tidak beda jauh dengan anak-anak sekolah yang belajar dari rumah. Meeting, seminar, rapat, pelatihan, semua dilakukan secara online.
Saat di rumah, dapur akan selalu menjadi ruang yang dipakai oleh seluruh anggota keluarga. Ibu bisa memasak sambil membantu anak mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Ayah juga akan ke dapur ketika membuat kopi kesukaannya, atau anak-anak yang mondar mandir memasuki area dapur untuk sekedar ambil cemilan di kulkas dapur. Semua jadi berinteraksi di dapur.
Saya sendiri sering memanfaatkan ruang dapur saat ada kegiatan webinar atau rapat-rapat. Ruang ini cukup ideal buat saya karena di ruang ini juga terdapat meja makan untuk makan keluarga saya. Nah, saya kerap memanfaatkan meja makan untuk bekerja.
Meski posisi dapur berada di bagian belakang, tapi cukup strategis. Ada dua pintu. Di samping mengarah ke lantai atas kamarnya anak-anak. Jadi, saya bisa sambil mengawasi pergerakan anak-anak. Pintu satunya lagi di tengah yang mengarah ke ruang tamu. Jadi, saya bisa tahu siapa saja yang berkunjung ke rumah saya.
Saya memilih dapur sebagai "ruang kerja" karena faktor pencahayaan juga. Atap dapur saya sebagian didesain yang tembus cahaya sinar matahari. Itu sebabnya, ruang dapur lebih terang dibanding ruang yang lain. Hingga maghrib pun ruang dapur saya tetap terang meski tanpa menyalakan lampu. Kecuali kalau dalam keadaan mendung banget.