Ini hari keenam saya dan keluarga melakukan isolasi mandiri usai menuntaskan "tour de java" pada 24 Desember 2020 sampai 3 Januari 2021. Tujuannya untuk menekan penyebaran Covid-19 karena potensi terpapar bagi siapa saja yang bepergian di tengah pandemi Corona bisa saja terjadi.
Di mana pun lokasi berlibur atau tempat wisatanya risiko itu ada, meski kita tidak mengalami gejala atau bahkan merasa sehat. Bisa saja terpapar selama dalam perjalanan.
Selama isolasi mandiri, saya tidak menerima tamu. Setiap kawan yang ingin ke rumah, saya sampaikan kondisi saya dan keluarga. "Gue sih ada di rumah, tapi lagi isolasi mandiri karena habis dari daerah, jadi sorry loe nggak bisa ke rumah dulu," kata saya.
Terlebih berdasarkan informasi di group ada beberapa warga di beberapa blok kompleks perumahan saya terpapar positif Covid-19, jadi saya harus lebih waspada.
Saya juga tidak berani menjenguk kedua orang tua saya yang sedang kurang sehat mengingat lansia adalah pihak paling rentan terpapar Covid-19. Khawatir saja.
Sebenarnya sebelum memulai "tour de java" kami melakukan rapid test antibody di RS Harapan Depok dan hasilnya non reaktif. Mengapa bukan antigen karena lebih kepada masa berlakunya yang lebih singkat, hanya 3 hari.
Kalau rapid test antibodi masa berlakunya selama 14 hari. Sama lamanya dengan masa petualangan kami, hingga sampai di rumah. Jadi tidak merepotkan untuk mampir ke rumah sakit atau klinik yang bisa saja lokasinya jauh dari lokasi kami berada.
Lagi pula dalam Surat Edaran No.3 Tahun 2020 Satgas Penanganan COVID-19 yang berlaku pada 19 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021 rapid test antibodi masih boleh digunakan sesuai ketentuan yang ada untuk perjalanan Jawa dan Bali dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Kami memang berkeliling menggunakan kendaraan pribadi sehingga kami menyakini dapat meminimalir potensi penularan. Selain itu, tempat-tempat wisata yang kami kunjungi tidak mensyaratkan harus menyertakan rapid test antigen.
Yang lebih penting lagi, syukurnya tempat-tempat wisata yang kami singgahi tidak ramai. Bisa karena sepi, bisa juga karena jumlah pengunjung yang dibatasi.
Ada yang ramai seperti di Kawasan Gunung Bromo Tengger Semeru, Malang, Jawa Timur, tapi menurut saya ramai yang tidak berpotensi memunculkan kerumunan. Mungkin karena areanya begitu luas, jadi wisatawan satu dengan wisatawan lain begitu berjarak.