Libur panjang ini saya kok khawatir akan memunculkan klaster baru penularan Covid-19 ya. Bagaimana saya tidak khawatir, berdasarkan berita yang saya baca orang-orang berbondong-bondong menuju tempat wisata. Bahkan terjadi kemacetan.
Berkaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya, seharusnya orang-orang diminta isi liburan di rumah saja, buat mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
Meski masyarakat diminta kooperatif untuk menerapkan protokol kesehatan -- memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, tetap saja potensi penularan Covid-19 tetap ada jika terjadi kerumunan.
Jadi, sebelum memutuskan ke luar rumah harus dipikirkan secara matang dan mempertimbangkan semua risiko yang ada, sekalipun hasil rapid test dan swab test negatif, karena belum tentu juga aman. Kita memang tidak menulari ke yang lain, tapi belum tentu yang lain tidak menulari kita
Terlebih epidemiolog dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra, memprediksikan kasus positif bisa mencapai 1 juta kasus pada Desember nanti (CNN Indonesia, 24/10/2020).
Jadi, saya lebih sepakat momen liburan panjang ini harusnya dijadikan "isolasi mandiri" di rumah dan mengisinya dengan berkumpul bersama keluarga.
Saya sependapat dengan himbau beberapa kepala daerah yang meminta warga tinggal di rumah saja. Menghabiskan waktunya bersama keluarga.
Lebih baik liburan ke luar kota atau ke tempat wisata ditunda sampai sampai kondisi benar-benar aman dari Covid-19. Rencana saya ke Bali yang sudah diagendakan sebelum virus Corona datang akhirnya saya batalkan juga.
Bagi saya liburan kali ini ya lebih aman tidak ke mana-mana di saat pandemi Covid-19 belum juga mereda. Yang ada, malah kian merajalela menyusup ke berbagai klaster.
Saya sudah bisa membayangkan kalau saya memaksakan diri untuk berlibur ke suatu tempat dalam kondisi libur panjang begini, pasti ramai dan menciptakan kerumunan. Resiko terpapar Covid-19 pun terbuka lebar.