Saya mengenal Kompasiana 5 bulan terakhir ini. Dengarnya sih sudah lama karena ada kawan saya yang juga sering berbagi tulisan di Kompasiana.
Ada juga kawan kuliah saya yang pernah sempat dipercaya jadi pengelola Kompasiana selama beberapa tahun, yang sering bercerita tentang Kompasiana.
Tapi saat itu saya tidak tertarik karena saya berpikir aktifitasnya tidak berbeda dengan aktifitas menulis saya. Ya... paling juga sama dengan dunia tulis menulis. Lagi pula, waktu saya sudah tersita dengan kegiatan pekerjaan saya. Mengetik laporan ini, mengetik laporan itu.
Karena saya sering berbagi tulisan di Facebook yang bercerita aktifitas saya di rumah, saat tugas di luar kota, liburan bersama keluarga, berkumpul bersama teman-teman, saat melakukan pekerjaan lapangan, ketika berobat, dan lain-lain hingga masalah isu-isu hangat, kawan saya pun menyarankan saya untuk menuangkannya di blog.
"Biar loe puas nulisnya," katanya saat itu. Tapi saya lama tidak meresponnya.
"Gue dapat hadiah lho dari lomba penulisan di blog, lumayan kan..." kata kawan saya lagi sambil memamerkan hadiah produk handphone yang didapatnya. Maksudnya mungkin biar saya tergugah untuk mengikuti jejaknya.
"Gue juara lagi nih," katanya suatu ketika sambil memamerkan piagam penghargaan berikut papan nilai nominal yang didapatnya.
Karena saya belum tergerak juga akhirnya kawan saya ini membuatkan saya blog pribadi atas nama saya dan membuatkan akun saya di Kompasiana.
"Tanggal lahir loe, no KTP loe, email loe, (apa lagi ya yang ditanya?)" tanyanya lewat pesan WhatsApp. Saya tidak terpikirkan akan dibuatkan apa, saya pun memberikan data-data yang dia minta.
Tidak lama dia pun memberitahukan saya blog saya dan akun Kompasiana sudah jadi. "Paswordnya ini ya," katanya.
Wow, saya terkejut, terkesima. Sampai sebegitu perhatiannya kawan yang saya mengenalnya sejak sama-sama masih jomblo. Saya pun mengucapkan terima kasih.