Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Cara Bijak Membuang Sampah Beling

Diperbarui: 13 September 2020   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Saat saya sedang mengetik di kamar, terdengar suara kaca pecah dari ruang tengah. Di ruangan ini biasanya si mbak menonton televisi, khususnya saluran Indosiar. 

Sambil menyetrika, sambil menonton cerita istri-istri yang terdzolimi. Kalau saya kan jarang banget nonton acara-acara di televisi, lebih seringnya lewat hp saya.

"Pranggg".

Dari suaranya saya bisa tahu yang pecah adalah gelas beling. Dari suara pecahnya, saya juga bisa tahu kalau gelas itu habis tersenggol kaki. Saya juga bisa tahu itu dari perbuatan anak pertama saya. 

Karena, dari suara yang terdengar di ruang tengah, itu suara anak saya, Putik Cinta Khairunnisa, yang biasa saya panggil Kakak Putik. Saya pun beranjak dari tempat tidur menghampiri anak saya. 

"Nah, kan kebiasaan sih kalo jalan nggak liat-liat," kata saya. Anak saya malah cengar cengir. Padahal, saya pernah juga sih begitu. Bangkit dari duduk pas melangkah menyenggol gelas yang ditaruh di dekat kaki kursi. Seperti yang terjadi pada anak saya ini.

"Ayo, kak, dirapiin," kata saya. Agar si bungsu tidak terkena pecahan beling, saya memintanya untuk menjauh. Suami saya sudah tergopoh-gopoh membawakan sandal buat anak saya biar pecahannya tidak terinjak kaki.

Saya melihat anak saya mengumpulkan pecahan itu di tangannya. "Jangan begitu, kak. Jangan langsung buang ke tempat sampah. Dibungkus pakai kertas bekas kak," kata saya sambil mengambil kertas bekas di meja makan.

"Nih kakak Najmu, sapunya jangan main sapu begitu. Ditadahi pakai kertas. Serpihannya dibersihkan pakai tisu," kata saya kepada anak kedua saya sambil memberinya kertas. "Habis itu, dilipat-lipat kertasnya," lanjut saya.

Saya pun memberitahukan anak-anak  kalau membuang sampah beling harus dibungkus pakai kertas yang agak tebal, lalu dikasih perekat, kemudian dituliskan "beling" dengan huruf besar agar terbaca oleh petugas kebersihan di kompleks rumah.

"Biar petugasnya nggak kena pecahan beling. Itu Mang Asep tangannya pernah berdarah tuh pernah gara-gara ada yang buang sampah kaca dicampur dengan sampah lainnya," kata saya mengingatkan kedua anak saya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline