Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Cara Komunitas The Gift Berbagi kepada Sesama

Diperbarui: 24 Mei 2021   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi Karamel, Cara The Gift Berbagi kepada Sesama (unsplash/jessica lewis)

Sudah pernah mencoba minuman kopi karamel bermerek "haraus"? Baru dengar? Saya juga baru kali ini mendengarnya. Ternyata ini adalah produk minuman yang dibuat anak-anak mahasiswa di Bandung.

Perkenalan saya dengan minuman ini juga tidak disengaja. Tadi siang sewaktu saya sebentar lagi sampai Stasiun Sudirman setelah berjalan kaki dari kantor Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang di jalan Imam Bonjol, saya dihampiri lelaki muda yang mengaku mahasiswa. 

Dia tidak sendiri, tetapi bersama beberapa kawannya yang juga melakukan hal yang sama dengan dia. 

"Permisi kakak," sapanya ramah dengan senyumnya yang mengembang. Saya tidak mau bilang senyumnya manis. Khawatir pria muda dengan perawakan tinggi itu jatuh terjerembab. Dia meminta waktu saya sebentar.

Baca juga : Setelah Senja (84): Sisi Lain di Penghujung Kopi

Dia memperkenalkan nama, tapi saya lupa namanya siapa. "Kakak sudah pernah mendengar minuman Haraus?" tanyanya yang saya jawab "belum". 

Lalu dia pun menjelaskan kalau produk minuman itu hasil buatan anak-anak mahasiswa yang tergabung dalam komunitas "the Gift". Sebuah komunitas yang berbagi nasi kepada anak-anak jalanan dan orang-orang tidak mampu.

Komunitas yang terdiri dari beberapa orang yang tersebar di Jawa Barat ini berdiri sekitar dua tahun yang lalu, dan terdiri dari mahasiswa, pelajar, dan karyawan.

Ia pun memperlihatkan Instagram bernama "Haraus" melalui handphonenya kepada saya. Tagline produknya tertulis "Manisnya kopi tak semanis janji mantan". Jari-jari beberapa kali menggeser layar hp untuk memperlihatkan orang-orang yang sudah "mejeng" bersama Haraus.

Produk minuman ini dijual seharga Rp25.000 per botol. Hasil keuntungan dari satu botol itu akan disisihkan untuk disalurkan kepada anak tidak mampu dalam bentuk nasi box. Dia meminta saya untuk mensupportnya. 

Tapi bukan dalam bentuk sumbangan uang tunai, melainkan dengan membeli produk tersebut. Terserah mau beli berapa. "Di sini kami tidak menerima sumbangan dalam bentuk uang karena dikhawatirkan disalahgunakan, tapi menerima sumbangan dalam bentuk makanan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline