Lihat ke Halaman Asli

Tety Polmasari

TERVERIFIKASI

ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja

Belajar Toleransi ke Manokwari, Papua Barat

Diperbarui: 16 Agustus 2020   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bersama Wakil Bupati Manokwari, Papua Barat, Bapak Edi Budoyo (Dokpri)

Setelah menempuh perjalanan selama 4,5 jam, pesawat yang membawa saya dari Bandara Soekarno Hatta, Banten, mendarat mulus di Bandara Sentani, Manokwari, Provinsi Papua Barat. Dan, selama saya tinggal di Indonesia, ini pertama kalinya saya menjejakkan kaki di tanah Manokwari.

Usai mengunjungi RSUD Manokwari, PT Pelindo Manokwari, PT Taspen Manokwari, BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan, bersama anggota DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) -- dr. Asih Eka Putri, MPPM, dr. Zaenal Abidin, MH, Ahmad Ansyori, SH, M.Hum, CLA, Dr. Taufik Hidayat, M.Ec, dan Subiyanto, SH, pada Rabu (18/9/2019), kami pun beraudensi dengan Wakil Bupati Manokwari, Papua Barat, Bapak Edi Budoyo, keesokan harinya.

Audensi ini untuk menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan di kabupaten ini.

Saat audensi, bapak Bupati Manokwari tidak hadir karena kondisi tubuhnya yang kurang fit sepulangnya dari kunjungan dari daerah terpencil dengan pesawat kecil. Jadi, Wakil Bupati yang mewakili. Meski dalam kondisi kurang fit, kami tetap disambut dengan penuh kehangatan.

Namun, yang ingin saya ceritakan di sini bukan hasil monev, melainkan saya ingin berbagi cerita mengenai toleransi di Papua Barat, khususnya di kabupaten ini.

Dalam audensi pak Edy menyampaikan, Manokwari kini memiliki slogan sebagai "Kota Injil" yang disahkan berdasarkan Perda pada 28 Oktober 2018. Diterbitkannya perda itu karena faktor sejarah Manokwari sebagai tempat masuknya injil pertama kali di Papua, yakni di Pulau Mansinam.

Di seberang Mansinan Restoran, adalah Pulau Mansinan yang dikenal dengan Kota Injil. Yang putih itu adalah patung Yesus (Dokpri)

Pada 5 Februari 1855 dua misionaris asal Belanda dan Jerman, Johann Gottlob Geissler dan Carl Willem Otto, masuk di Pulau Mansinam. Di lokasi itulah mereka mendarat pada 5 Februari 1855, setelah keluar dari Ternate atas ijin Sultan Tidore.

Meski sebagai "Kota Injil", Wakil Bupati yang beragama Islam dan Bupati Demas Paulus Mandacan yang beragama Nasrani, saat itu baru saja memberangkatkan sekitar 7 pengurus masjid untuk beribadah haji dengan biaya ONH Plus.

"Mereka bertemu dengan jamaah dari daerah lain di tanah suci yang heran mengapa Manokwari yang Kota Injil bisa memberangkatkan haji hanya dalam waktu hitungan 7 hari, sementara yang lain masih harus menunggu," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline