Saya berada di Istana Siak Indrapura. Sebagaimana namanya, istana ini berada di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Tepatnya di Jl. Sultan Syarif Kasim. Setelah saya menuntaskan agenda pekerjaan, saya pun berkesempatan ke sini.
Kabupaten Siak dikenal dengan sebutan 'Siak Kota Istana'. Rupanya di kabupaten yang baru berusia 21 tahun ini masih berdiri Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur atau Istana Siak Sri Indrapura.
Keberadaan istana ini menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi. Kalau bertanya kepada penduduk setempat tempat wisata di daerah sini, saya selalu mendapat jawaban, "Tidak ada tempat wisata di sini bu, paling istana aja atau masjid sultan."
Istana Siak Sri Indrapura -- Istana Siak adalah tempat kerajaan Siak pada masa penjajahan dahulu. Di istana itulah tempat Raja Siak tinggal dan di situ jugalah tempat menyebarnya agama Islam.
Istana megah ini peninggalan Kesultanan Siak. Pada masanya ini adalah kerajaan Islam terbesar di Riau pada abad 16 - 20. Istana Siak ini dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaiffudin pada 1889.
Tidak banyak yang tahu di awal kemerdekaan, Sultan Siak menyumbang uang 13 juta gulden atau setara dengan 1,7 triliun. Uang yang cukup besar di masa itu. Uang ini digunakan sebagai modal awal berjalannya pemerintahan di masa kemerdekaan.
Masyarakat selama ini lebih tahunya kisah Aceh yang menyumbang pesawat terbang untuk Indonesia. Ternyata Siak pun punya jasa atas Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tak hanya itu. Sultan Syarif Kasim II juga menyerahkan mahkota Kerajaan Siak kepada Soekarno di Istana Negara pada 1945 sebagai simbol bergabungnya Kesultanan Siak dan 12 wilayah kekuasaannya ke NKRI. Mahkota berlapis emas dan bertahtakan berlian ini sampai sekarang masih tersimpan di Museum Nasional.
Ketika saya berada di kabupaten ini pada 19-20 September 2018, saya pun berkesempatan ke sini. Menyaksikan sejarah kejayaannya melalui peninggalan-peninggalan kesultanan di sini. Jadi tidak lagi sekedar katanya-katanya, tapi melihat secara langsung.