Harmayn, yang merujuk pada dua kota suci umat Islam, Makkah dan Madinah, telah lama menjadi pusat peradaban Islam. Tidak hanya sebagai tempat ibadah haji dan umrah, Harmayn juga dikenal sebagai pusat keilmuan Islam yang menarik perhatian ulama dari berbagai penjuru dunia. Bahkan sebelum abad ke-17, Harmayn telah menjadi tempat pertemuan intelektual, tempat berlangsungnya diskusi, pertukaran ilmu, dan pengembangan tradisi keislaman. Artikel ini akan membahas bagaimana jaringan ulama terbentuk di Harmayn, serta bagaimana kota ini berperan penting dalam perkembangan diskursus keilmuan Islam pra-abad ke-17.
Harmayn sebagai Pusat Keilmuan
Sejak masa Rasulullah SAW, Makkah dan Madinah telah menjadi pusat pengajaran agama Islam. Di masa awal Islam, kedua kota ini menjadi tempat lahirnya berbagai tradisi intelektual, termasuk pengajaran Al-Qur'an, tafsir, hadis, dan fikih. Selain itu, kota ini juga menjadi tempat berkembangnya tradisi tasawuf, sejarah, dan sastra Islam.
Faktor utama yang menjadikan Harmayn sebagai pusat keilmuan adalah posisinya sebagai tempat berkumpulnya umat Islam dari seluruh dunia selama pelaksanaan ibadah haji. Ritual haji yang bersifat internasional memberikan peluang bagi para ulama dan murid dari berbagai wilayah untuk bertemu, bertukar pikiran, dan membangun jaringan keilmuan. Interaksi ini tidak hanya menghasilkan pertukaran ide, tetapi juga memperkuat ikatan antar komunitas Muslim dari berbagai belahan dunia.
Pada masa pra-abad ke-17, Harmayn menjadi tempat berkumpulnya ulama dari Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah, hingga Nusantara. Di antara ulama yang datang ke Harmayn, banyak yang menetap selama bertahun-tahun untuk mendalami ilmu agama, sebelum kembali ke kampung halaman mereka dengan membawa ilmu yang mereka peroleh.
Jaringan Awal Ulama di Harmayn
Jaringan ulama di Harmayn tidak hanya terbentuk melalui pengajaran formal, tetapi juga melalui hubungan personal antara guru dan murid. Jaringan ini menciptakan rantai transmisi ilmu yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam. Beberapa ulama yang berperan penting dalam jaringan ini adalah:
1. Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449)
Salah satu ulama hadis paling berpengaruh dalam sejarah Islam, Ibnu Hajar dikenal sebagai penulis Fathul Bari, sebuah syarah atas Shahih Bukhari yang menjadi referensi utama dalam studi hadis hingga saat ini. Ibnu Hajar sering mengajar di Masjidil Haram, dan para muridnya datang dari berbagai belahan dunia untuk belajar darinya.
2. As-Suyuthi (1445-1505)
Ulama ensiklopedis asal Mesir ini memberikan kontribusi besar dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk tafsir, hadis, dan sejarah. Karya-karyanya seperti *Tafsir Al-Jalalain* dan *Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an* menjadi bacaan wajib bagi ulama yang belajar di Harmayn.