Dalam ilmu psikologi salah satu yang dipelajari adalah bagaimana kita dapat mengenali pribadi seseorang melalui perilaku yang ditampilkannya. Meski demikian psikologi bukanlah sebuah ilmu ramalan dan tebak-tebakan, sebab pengenalan pribadi tersebut melalui sebuah pengamatan empiris atas tingkah laku yang diperlihatkan individu dan melalui penelitian yang panjang.
Di dunia nyata, kita akan dengan mudah mengenali tipe kepribadian seseorang saat berinteraksi langsung dengan mereka. Meski kadang seseorang mencoba untuk selalu menampilkan yang baik-baik saja di hadapan kita karena kelihaiannya mengatur tutur kata dan sikap dengan baik, suatu saat akan ketahuan pribadi aslinya. Kemarin, penulis tidak percaya saat seorang teman menceritakan si A yang selama ini tampak santun ternyata mampu mengeluarkan kalimat kasar (isi kebun binatang) kepada suaminya (yang telah lama menderita sakit) di rumahnya - dan ini kerap dilakukannya. Penulis meyakini, kondisi tertekan dan putus asa membuat A tidak lagi mampu untuk memoles kata-katanya.
Lalu bagaimana dengan dunia maya di mana seseorang tak dapat berinteraksi secara tatap muka langsung dan tidak dapat melihat bagaimana ia bersikap? Memang tidak semudah saat bertatap muka langsung untuk mengetahui kepribadian lawan interaksi di dunia maya. Kita dapat saja dibuat kagum oleh status atau tulisan-tulisan yang dibuatnya. Untuk sebagian orang, mungkin kita bisa dapat dengan mudah mengira-ngira tipe kepribadian si penulis, namun sebagian lainnya yang pandai menyembunyikan diri akan cukup sulit diterka tipe kepribadiannya. Sebab tulisan yang dilempar ke khalayak adalah hasil dari proses pemikiran dan kesadaran penulisnya. Maka diperlukan pengamatan lebih jauh untuk kita dapat mengetahui kepribadiannya.
Spontanitas - reaksi reflektif adalah satu celah untuk membantu melihat kepribadian seseorang termasuk di dunia maya. Sebab spontanitas merupakan manifestasi dari kebiasaan yang telah terbentuk. Contoh sederhana; saat terjatuh, biasanya seseorang refleks mengucapkan sesuatu. Bagi individu yang terbiasa mngucapakan kata-kata baik, secara refleks ia akan mengucap kata yang baik. Sebaliknya, seseorang yang biasa mengeluarkan kata-kata kasar, secara refleks yang keluar dari mulutnya adalah umpatan dan makian.
Begitu pun bagaimana reaksi spontan dan refleks seseorang saat berkomentar di artikel orang lain, bagaimana ia merespon dan menanggapi pendapat orang lain merupakan manifestasi kebiasaannya saat dihadapkan pada kondisi serupa secara berulang-ulang. Secara tidak sadar ia tengah membongkar topeng (persona)nya. Pembaca juga bisa mengenal penulis artikel ini dengan melihat dan membaca komentar-komentarnya di artikelnya atau di artikel yang disinggahinya.
Untuk memahami bagaimana sebuah kepribadian terbentuk, seorang pakar psikologi - Hans J. Eysenck menjelaskan bahwa kepribadian merupakan organisasi tingkah laku yang terdiri dari empat tingkatan hirarkis. Urutan hirarkis dari posisi terendah hingga tertinggi adalah sebagai berikut;
1.Respon spesifik, bagaimana seseorang merespon setiap kejadian yang ditemuinya.
2.Kebiasan tingkah laku atau berpikir yang merupakan kumpulan respon spesifik, tingkah laku/pikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
3.Trait, adalah kumpulan respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama. Ini merupakan disposisi (watak) kepribadian yang penting dan permanen.
4.Tipe, sebuah hirarki puncak yang merupakan kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait dalam satu dimensi yang luas.
Mungkin kita tidak sadar bahwa bagaimana cara kita merespon setiap stimulus akan membentuk sebuah kebiasaan - terus menerus dilakukan akan menjadi sifat yang melekat dan membentuk sebuah tipe kepribadian.