Lihat ke Halaman Asli

Ahok dan Sosok Wisanggeni

Diperbarui: 16 Maret 2017   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi mereka yang suka dengan cerita pewayangan pasti mengenal nama Wisanggeni.  Namanya Berasal dari kata wisayang artinya bisa dan geni yang artinya api.  Tak peduli siapapun pasti dibakarnya. Musuh atau kerabat, teman atau tetangga bila menyimpang dari kebenaran pasti akan dilawan. Hasratnya cuma satu yaitu membela kebenaran dan memerangi kebathilan.

Dibandingkan dengan beberapa tokoh lainnya, nama Wisanggeni sebenarnya bukan tokoh yang ada dalam Kitab Mahabrata. Ia merupakan tokoh buatan pujangga Jawa. Kisah hidupnya yang dikisahkan sangat sedikit, meliput empat tahap yaitu lahir, bersosialisasi (krida), menikah dan meninggal.

Sedangkan secara fisik, Wisanggeni adalah sosok pemuda yang gagah dan berani. Berbicara apa adanya kepada siapapun dan dalam kondisi apapun, kecuali kepada Sanghyang Wenang. Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatotkaca ataupun Abimanyu. Sepupunya yang setara kesaktiannya hanya Antasena saja. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni pintar dan penuh dengan gagasan. selain itu, Wisanggeni juga dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan siapa saja tanpa pandang bulu.

Tak berbeda jauh dengan Wisanggeni, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok juga memiliki sifat yang sama yaitu tegas, apa adanya (tanpa tedeng aling-aling) dan juga berteman dengan siapa saja. Sifat Ahok yang seperti itu, sangat cocok sekali dengan kondisi Jakarta yang dikenal sebagai kota yang keras. Karena membangun Jakarta juga membutuhkan mental pemimpin yang pemberani mengingat Jakarta selain sebagai pusat pemerintahan juga sebagai pusat premanisme.

Sebagai Gubernur yang menggantikan Jokowi pada 19 November 2014, Ahok dikenal sebagai sosok pemimpin yang tidak suka terlalu banyak teori dalam membangun jakarta dengan kata lain ia adalah sosok pemimpin yang sedikit bicara tapi banyak kerja. Hal ini terbukti dengan gencarnya pembangunan ibukota .

Pembangunan secara fisik bisa kita lihat dengan  menjamurnya sarana dan prasarana yang semakin bertambah dari Selatan, Timur, Barat dan Utara Jakarta seperti ruang sekolah, gedung rumah sakit, jalan layang, halte busway dan lain sebagainya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline