Lihat ke Halaman Asli

neneng salbiah

Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Guru, Murid dan Ruang Kelas

Diperbarui: 28 November 2024   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswi 9A Putri Mts SA Annur | Sumber foto Dok Pribadi

Lepas adzan dzuhur tiba saatnya saya memasuki ruang kelas. Kelas yang cukup riuh dengan canda, tawa beraroma gelak dari para srikandi pejuang masa depan.

Ruang kelas sederhana yang menyimpan banyak harapan, cita-cita akan sebuah perubahan dari peradaban kehidupan manusia. Di sini, di ruang kelas rumah harapan bermula. Integritas, kejujuran, empati dan loyalitas sebagai anak manusia yang ingin mengubah wajah dunia, terbentuk.

Saya bukan seorang guru, hanya mantan pelajar yang masih mencari ilmu tanpa batasan waktu.

Sejatinya merekalah yang menjadi guru dalam pengalaman hidup saya. Mereka yang mengajarkan saya bagaiamana memahami bermacam karakter, mereka mengajarkan saya cara meluaskan sabar, juga rasa ikhlas dalam membersamai mereka meniti cita-cita.

Terlalu egois rasanya jika saya merasa lebih pintar dan paling banyak pengalaman. Karenanya bukan suatu hal yang tabu jika saya mengatakan belajar dari mereka. Pengalaman yang saya miliki belum tentu paling baik dan sesuai dengan kondisi mereka saat ini dimana telah terjadi perubahan yang luar biasa dari zaman saya menjadi murid dengan zaman sekarang.

Ruang kelas 9A Putri Mts SA Annur, tempat kami bercerita diantara tawa, 40 siswi menjadi teman saya bicara dan berbagi. Mengisi amunisi rohani dengan harapan berguna untuk masa depan nanti.

Tanpa terbentengi akan sebuah profesi, mereka yang masih menjadi murid dalam ruang kelas, bebas bersenda gurau, melontarkan berbagai pertanyaan tanpa rasa takut. Tidak ada perbedaan diantara kami. Jika pun, ada hanya dua hal yang memebedakan; usia dan kesempatan belajar.

Pentingnya Pendekatan Emosional anatar guru dan murid. | Sumber foto Dok pribadi

Pilihan menjadi induk semang pelajar di dalam kelas adalah pilihan menjadi korban. Itulah yang di katakan Pramoedya Ananta Toer, "Seorang guru adalah korban, korban untuk selama-lamanya. Dan kewajibannya terlampau berat, membuka sumber kebajikan yang tersembunyi dalam tubuh anak-anak." Entahlah.

Maraknya peringatan hari guru menjadi buktinya antusisme para peserta didik dalam memberikan apresiasi terhadap guru yang mereka cintai dan hormati. Kedekatan emosional antara guru dan murid tergambar jelas dalam momen ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline