Lihat ke Halaman Asli

neneng salbiah

Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

1.200 Detik bersama Sang Hubabah

Diperbarui: 28 Oktober 2024   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Fhoto Dok Pribadi

Subuh baru saja berlalu, matahari pagi belum sempurna memancarkan sinarnya. Aku serta dua bocil kesayangan melaju membelah sunyi jalanan kota Bogor, dengan kendaraan roda dua.

Dingin mulai menyergap tubuh yang lupa mengenakan jaket. Sesekali melepas stang gas dan mengibaskan tangan, karena kebas. Sudah berumur rupanya.

Tepat pukul lima lebih dikit aku tiba di tempat yang cukup asri. Sebuah rumah etnik dengan ornamen kayu di hiasi lampu-lampu yang masih menyala temaram.

Bukan tanpa tujuan atau sekedar jalan-jalan aku mendatangi tempat ini. ada satu acara perhelatan Hari Besar Islam yang bertajuk "SANG PEMBERI SYAFAAT"

Sudah terlalu lama memendam keinginan untuk bertandang ke tempat ini dan baru hari inilah Allah mengizinkan langkahku tanpa hambatan.

Pagi mulai menampakkan geliatnya. Sang empunya rumah menyambutku dengan senyum ramah, aku yakin beliau belum mandi. Namun, tetap terlihat cantik dan memesona.

Setelah berbasa-basi sedikit. Beliau sibuk mengatur pormasi panitia acara dan aku turut menyibukan diri menjadi bagian dari tim hore. Apakah di sini aku menjadi tamu? No way! Apa pun itu, dengan keramahan yang ada seketika aku berasa menjadi tuan rumah.

Acara berjalan dengan sangat khidmat. Di sela aktivitas menyibukkan diri lamat terdengar berbagai nasihat dari para ustadzah melalui pengeras suara.

Tiba waktu berramah tamah seraya menikmati hidangan dan kudapan yang di sediakan khusus oleh empunya acara. Ada pemandangan yang menarik di momen ini. semua menikmati hidangan yang tersedia, tidak kulihat satu pun yang berada di dalam bilik rumah kayu itu memegang atau sibuk dengan gawai.

Satu hal yang lebih menarik perhatianku. Seorang wanita duduk di sudut ruangan. Menikmati beberapa makanan yang di sajikan. Dari awal kedatanganya aku terus memperhatikan dari sudut ruangan yang berlawanan. Setelah beliau selesai makan. Ada beberapa orang menghampiri, mereka terlibat pembicaraan yang cukup serius. Masing-masing membawa sebotol air mineral.

"Siapa orang itu?" tanyaku dalam hati. Aku hanya bergumam dan bertanya-tanya sendiri jangankan untuk mendekati wanita tersebut untuk sekedar bertanya pun tidak ada keberanian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline